Ada sesuatu yang unik dari denting waktu, ia bergerak tanpa henti, tanpa pernah menoleh, seolah tidak peduli pada siapa pun yang mencoba menghentikannya. Namun dalam setiap detiknya, selalu ada cerita yang diam-diam tertulis, dan di antara cerita itu, ada satu yang tak pernah selesai kita. Denting waktu mengajarkanku tentang kehilangan, tentang pertemuan yang singkat tetapi meninggalkan jejak dalam, dan tentang rindu yang tidak pernah mengenal kata selesai.
Rindu itu datang tanpa isyarat, menembus jarak dan melompati batas logika, menjelma menjadi kehadiran yang tak kasat mata. Ia hadir ketika sunyi menggantung di langit kamar, atau saat suara jam berdetak pelan seperti mengingatkan bahwa setiap detik adalah pengingat akan seseorang yang jauh, tetapi terasa begitu dekat. Aku memeluk rindu itu dengan hati-hati, karena aku tahu, di balik setiap rasa sakit yang ia bawa, ada keindahan yang mengajarkan kesetiaan, kesetiaan pada hati yang memilih, meski tidak bisa menggenggam.
Denting waktu dan denting rindu bertemu di satu titik, kesadaran bahwa hidup ini bukan tentang menunggu segalanya selesai, melainkan tentang menerima rasa yang hadir dengan utuh, walau ia tidak pernah benar-benar terbalas. Karena di dalam rindu, kita belajar mencintai tanpa syarat, di dalam waktu, kita belajar melepaskan dengan ikhlas.