Ada percakapan yang tidak membutuhkan suara, yang hanya bisa didengar oleh hati yang terbuka. Kita duduk berhadapan, namun tidak ada kata yang terucap, hanya tatapan yang saling menembus lapisan terdalam jiwa. Keheningan itu bukan kosong, melainkan penuh makna, seolah dunia mengerti bahwa ada bahasa yang lebih tulus dari sekadar kata-kata.
Dalam hening itu, kita saling berbicara melalui getar napas, melalui kedipan mata yang lambat, melalui senyum tipis yang lebih jujur dari seribu penjelasan. Aku tahu apa yang kau rasakan, seperti kau tahu apa yang kusimpan, tanpa satu pun suara perlu diucapkan. Percakapan semacam itu jarang terjadi, dan ketika hadir, ia menjadi rumah bagi jiwa yang lelah mencari arti di luar dirinya.
Keheningan itu mengajarkan bahwa kedekatan bukan soal jarak tubuh, melainkan soal keberanian hati untuk terbuka tanpa topeng, tanpa pura-pura, hanya menjadi diri sendiri.