Ada sekejap yang menanti dalam hening langit, ketika cahaya kecil mencuri pandang dan meluncur lembut menyeberangi kelam. Saat bintang jatuh, aku merasakan detik beku berbisik pelan—sebuah janji rahasia terlarung di angkasa yang agung. Kilau itu bukan sekadar serpihan cahaya, melainkan jejak harapan yang terbentang antara kau dan aku, menghubungkan dua dunia dengan seulas mimpi yang tak terbaca. Tiap kilatan menorehkan getar halus di dasar jiwa, mengajarkan bahwa keindahan terkadang lahir dari kepergian sesaat.
Aku mendadak paham: keajaiban tidak selalu memerlukan gema gemuruh, cukup satu sapuan terang menuntun perhatian ke dalam sendiri. Dalam sorot itu, segala keraguan terurai, digantikan kepercayaan bahwa ada makna di setiap kelipan. Hati tergerak menyusun doa tanpa kata ungkap terpendam yang melayang bersama serpihan bintang, menukik menuju harapan terdalam. Saat bintang jatuh, kesendirian berubah menjadi saksi setia, menemani kerinduan hingga terlahir keelokan yang membara dari luka lama.
Aku menutup mata, membiarkan kilau terakhir itu merangkum semua tanya, mematri jawaban dalam getar sunyi. Dengan napas panjang, aku menyimpan serpihan itu sebagai penanda bahwa setiap akhir bisa mendahului awal yang lebih cerah, bahwa kepercayaan tak pernah surut meski hanya bergantung pada sebersit cahaya yang rapuh.
Â