Di Ujung Pelukan Malam: Kata-Kata Indah dan Sajak Kehidupan

Dede Nurrahman
Chapter #25

Titik Temu Dua Rindu

Di sebuah senyap antara fajar dan rembang petang, ada ruang rapuh bernama Titik Temu tempat dua rindu berjalan perlahan, saling membaca riwayat di mata satu sama lain. Di sana, waktu terasa menguap; loncatan detik berhenti bersuara, digantikan debur halus dada yang menahan debar. Rindu pertama membawa aroma kopi jauh, pahit tapi meyakinkan; rindu kedua berbekal harum kenangan taman, lembut namun menyesakkan. Mereka duduk tanpa kursi, berbincang tanpa suara, tetapi setiap tarikan napas menegaskan: tidak ada jarak yang betul-betul kebal terhadap setia.

Di titik rapuh itu, keduanya mengerti bahwa rindu tidak diciptakan untuk saling mengalahkan, melainkan saling menggenapi. Mereka mengukur keberanian lewat diam yang terbentang, mencuri percikan keyakinan di sela keraguan panjang. Ketika senyum muncul seperti kelopak pertama pada musim baru, segala penantian terbayar oleh rasa cukup rasa yang tidak membutuhkan kepastian esok, asalkan hari ini dapat dirasakan utuh. Pada momen singkat itu, rindu menjadi kompas: menuntun pulang tanpa peta, menunjuk arah tanpa papan petunjuk. Dan tatkala langkah harus berbalik, kedua rindu membawa pulang seuntai cahaya yang sama: kesadaran bahwa hati akan selalu menemukan cara kembali, sekalipun hanya lewat doa, sekalipun harus menunggu musim berganti berkali-kali.

 

Tak terhitung doa berpendar di antara detik sunyi.

“Bila dua rindu bertemu,

langit tidak menyalakan kembang api,

Lihat selengkapnya