Jam 10 malam. Setelah menjenguk ke kamar-kamar anaknya dan ketiganya sudah terlelap, Tika segera menggembok pintu pagar, menutup semua jendela dan mengunci pintu-pintu rumah yang perlu dikunci, kemudian ia pun menuju ke kamar tidurnya. Di peraduan tampak suaminya, Nugroho masih asyik membaca sebuah majalah berita yang memang menjadi kebiasaannya sebelum tidur. Lampu kamar itu pun masih menyala terang, belum diganti dengan lampu tidur yang redup.
Seperti biasanya pula, tanpa minta persetujuan dulu pada suaminya Tika akan mematikan lampu kamar dan menggantikannya dengan lampu tidur. Tapi kali ini dengan isyarat tangan Ngroho mencegahnya.
“Aku ingin bicara sebentar,” katanya pula. “Ada kabar gembira yang akan aku sampaikan ke kamu.”
“Kabar gembira apa, sih?” tanya Tika sambil naik ke pembaringan, lalu merebahkan diri di samping suaminya.
“Aku akan diangkat jadi Direktur di kantorku,” ucap Nugroho sambil meletakkan di atas kasur majalah berita yang dibacanya.
“Ah, yang bener?” Tika setengah tidak percaya.
Nugroho pun menceritakan semua hal tentang pembicaraannya dengan Pak Dicky di kantornya pagi tadi.
“Alhamdulillah,” ucap Tika spontan begitu suaminya selesai bicara.