Epidode 2 : Pengembaraan Danang
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jam 12 malam setelah meninggalkan rumah, awalnya Danang bingung juga, mau pergi ke mana? Apa mau langsung ke Teminal Bus Kampung Rambutan, lalu berangkat ke Bandung? Tapi ia ragu, apakah ada bus yang langsung berangkat ke Bandung pada malam selarut itu? Belum lagi untuk menuju ke Terminal Kampung Rambutan, apa ada angkot yang ke sana di tengah malam buta begitu? Kalau toh ada, apakah keamanannya terjamin? Ini Jakarta, yang rawan kejahatan. Apalagi ia juga tidak pernah keluyuran sendiri di tengah malam buta. Dengan memberanikan diri akhirnya Danang memutuskan, mencoba ke rumah Pak Miswar terlebih dulu.
Sebelum sampai di rumah Pak Miswar, Danang melewati pos ronda. Tampak ada beberapa orang yang sedang bermain kartu di pos ronda itu. Sebagai sopan santun Danang memberi salam:
“Assalamualaikum...”
“Waalaikumssalam...,” sahut orang-orang yang sedang bermain kartu itu dan serempak mereka menoleh ke arah sumber suara dan begitn melihat sosok Danang, salah seorang di antara orang-orang yang bermain kartu itu bertanya:
“Hei Danang, mau ke mana malam-malam begini?” Sebagai Ketua Remaja Masjid Al Jihad yang ada di kampung itu, sosok Danang memang sudah dikenal banyak orang.
“Mau ke rumah Pak Miswar, ada perlu,” kata Danang sambil terus melangkah.
“Pak Miswar pasti belum tidur,” teriak orang itu lagi. “Mobilnya baru aja lewat di sini.”
Danang tidak menyahut, ia terus melangkah menuju ke rumah Pak Miswar. Dan apa yang dikatakan oleh orang it benar, begitu sampai, Danang melihat Pak Miswar sedang duduk di kursi teras depan rumahnya, tampak sedang melepas lelah.
Dari luar pintu pagar, Danang memberi salam: “Assalamualaikum...”
“Waalaikumssalam...,” sahut Pak Miswar sambil langsung melayangkan pandangannya ke luar pagar. Dan begitu melihat sosok Danang, Pak Miswar langsung berkata, setengah berteriak: “O, Danang. Ayo masuk, masuk. Pintu pagar belum saya gembok, kok.”
Setelah membuka pintu pagar Danang melangkah ke teras, lalu ia menjabat tangan Pak Miswar dan menciumnya pula, seperti yang selama ini selalu ia lakukan bila berjumpa dengan Pak Miswar.