DI UJUNG PRAHARA

Nuraini Mufidah
Chapter #15

#14 Langkah Pertama di Bandung

Ketika bis yang dinaiki Danang perlahan-lahan mulai melaju meninggalkan Terminal Kampung Rambutan menuju ke Bandung, hati Danang disergap rasa sedih. Sedih memikirkan nasibnya yang diusir dari rumah oleh Ayahnya, juga sedih harus berpisah dengan Bunda yang sangat sayang padanya. Diam-diam mata Danang sebak dan seakan tidak ia sadari, bibirnya bergerak-gerak, bercap lirih, sangat lirih: “Bunda, semoga Bunda telah membaca surat yang aku tinggalkan di kamar tidurku dan semoga pula setiap saat Bunda mau mendoakan aku, agar aku dapat meraih sukses dalam pengembaraanku ini.”

   Perlahan-lahan air mata itu menetes membasahi pipi Danang, tapi cepat ia menghapusnya dengan tangan. Aneh, setelah itu Danang tiba-tiba seakan mendapat kekuatan baru. Kesedihan di hatinya berganti dengan rasa optimis akan bisa meraih sskses dalam pengembaraannya ini.  

***

    Ketika sampai di Bandung hari masih pagi, baru jam 9, sinar matahari masih terasa nyaman, belum menyengat. Danang langsung mencari telpon umum dan dari telpon umum ia menelpon ke rumah Dadang. Kebetulan Dadang sendiri yang menerimanya. 

    “Assalamualaikum...,” suara Dadang dari seberang sana.   

    “Waalaikumssalam,” sahut Danang. “Ini Dadang?”

    “Ya leres, bener. Ini siapa, ya? tanya Dadang. 

    “Aku Danang...”

    “Oh, Danang,” ucap Dadang dengan nada gembira “Kamu ada di mana?”

    “Ini aku ada di Terminal Leuwi Panjang.”

     “Terminal Leuwi Panjang?” ulang Dadang, seakan kurang yakin dengan pendengarannya.

    “Benet Dang, ini aku udah ada di Bandung, mau ngantar lukisan-lukisan kaligrafi karyaku ke kamu,” jelas Danang.

     “Oh gitu,” Dadang menghela nafas lega.“Kalau gitu kamu jangan keluar dulu dari Terminal Leuwi Panjang. Tapi tunggu aku di pintu masuk, segera aku jemput kamu.”

    “Oke Dang, aku tunggu,” Danang juga menghela nafas lega.   

 Beberapa saat kemudian Danang sudah ada di dalam Toyota Starlet, duduk di jok depan di samping Dadang yang pegang kemudi.

    “Kamu nggak kuliah, Dang,” tanya Danang.

    “Hari ini kebetulan baru ada mata kuliah setelah lohor,” sahut Dadang. “Kamu sendiri bagaimana, nggak kuliah?”

    Danang tersenyum kecut. “Kalau aku bukan nggak kuliah, tapi memang belum kuliah, masih jadi pengangguran.”

    “Lho, kenapa bisa begitu?” kening Dadang berkerut. Sejenak ia menoleh pada Danang yang duduk di sampingnya.  

    Danang pun menceritakan, kenapa ia sampai saat ini ia belum bisa kuliah. Dan Dadang yang sudah tahu liku-liku hidup Danang ketika keduanya mondok di pesantren dulu, mengangguk-angguk memahami.

      “Makanya aku sekarang berharap, semoga aku bisa diterima kerja di percetakan panya Bapakmu,” tukas Danang kemudian. 

    “Oke, nanti aku bantu menyampaikan keinginanmu pada Bapakku,” janji Dadang. “Pastilah kamu bisa diterima kerja, kamu kan jago bikin kaligrafi, yang saat ini sangat dibutukan oleh percetakan Bapakku, karena kebanjiran order kaligrafi dari Arab Saudi.”   

    Danang menghela nafas lega. Karena kalau ia segera dapat pekerjaan tentu impiannya untuk kuliah dengan biaya sendiri dapat segera terwujud.

   “Oya, kamu bawa kan gambar-gambar kaligrafi karyamu?” tanya Dadang kemudian. 

   “Tentu. Ini...,” sahut Danang sambil menunjuk ke gambar-gambar kaligrafi karyanya yang sudah ia pak dengan rapi.

    “Baguslah kalau gitu...,” kata Dadang.

    Toyota Starlet yang dikemudikan Dadang memasuki halaman depan yang cukup luas—yang juga digunakan untuk tempat parkir—di sebuah pabrik.

    “Kok kita ke sini?” tanya Danang.   

    “Ini percetakan punya Bapakku,” terang Dadang.

    Setelah keluar dari Toyota Starlet, keduanya melangkah ke arah percetakan dan Dadang membawa Danang ke ruang kantornya dulu.

    Dadang menyuruh Danang duduk di kursi tempat menerima tamu, sedang ia menuju ke ruang kerja Bapaknya. Demi kesopanan—seperti yang telah diajarkan oleh kedua orangtuanya sejak ia kecil—Dadang mengetuk pintu dulu dan setelah dipersilakan masuk, baru ia membuka pintu. Begitu tahu tamunya anaknya sendiri, sang Bapak langsung bertanya:

Lihat selengkapnya