Di Ujung Senja Kau Sebut Namaku

Raida Hasan
Chapter #11

Selebaran

Lia adalah tetanggaku yang masih duduk di bangku SMA kelas tiga. Dia memiliki seorang kekasih berasal dari kota besar dan juga memiliki tempat tinggal satu daerah dengan kami. Ia Sering membantu mengantarkan Lia ke kota tersebut. Keluarga Lia berdagang kain di pasar. 

Ismail, nama kekasihnya. Perawakannya cukup jangkung, berkulit putih dan berhidung mancung. Dia lelaki dewasa, tebakanku umurnya terpaut tujuh tahun dari Lia, mungkin juga lebih. Aku tidak begitu memerhatikan tentang mereka. 

Pada malam itu, Lia mengajakku ke rumahnya. Aku sering main ke sana, tetapi tidak pada malam hari. Di sana sudah ada beberapa orang berkumpul, termasuk Ismail dan teman-temannya. Yeah, teman-temannya, saudara-saudara, atau entah siapa dan aku tidak peduli. Aku tidak pernah curiga, rencana apa sebenarnya yang sedang disusun Lia bersama kekasihnya itu. Datang memenuhi undangan, ikut makan cemilan yang mereka bawakan. Tidak terlalu tertarik dengan obrolan mereka. Hanya menanggapi seperlunya saja.

Armand, dia memperkenalkan diri. Salah satu teman Ismail. Dia mencoba membuka pembicaraan denganku. Tidak terlalu aku hiraukan. Aku asyik mengunyah sepiring martabak tersaji. Saat itu aku tidak terlalu memerhatikan rupanya yang menurutku sedang tidak penting-penting banget. Lagi pula, otakku sedang dipenuhi urusan yang jauh lebih darurat dan harus diselesaikan sesegera mungkin. Sama sekali tidak tertarik mengurusi makhluk asing yang satu ini.

Dia terus saja memberondong pertanyaan tanpa henti hingga membuatku jengah. Setelah kenyang, aku pamit. Lia berusaha menghalangi, tetapi beralasan ngantuk sungguh tidak bisa dielakkan lagi.

Beberapa hari kemudian setelah itu, kali ini Lia kembali mengajak ke rumah. Sungguh aku tidak tertarik. Makan martabak lagi? demi menghormati seorang teman, yang dia bilang biar ada temennya lebih aman kalau sedang kencan. Sungguh alasan yang tidak masuk akal. Kali ini rombongan lebih sedikit. Hanya ada Ismail dan Armand. Hemm … ada sedikit kecurigaan, jangan-jangan Lia memang sedang berniat menjodohkanku dengan Armand?

Satu masalah belum kelar, masih mau nambah masalah lagi? aku hanya bertandang sebentar, dan berbicara secukupnya, kemudian pamit. Ngapain pula aku jadi obat nyamuk orang. Dan Armand yang entah dari mana asal muasalnya itu, aku sungguh-sungguh tidak suka. Masalahku sudah banyak, apalagi menyangkut tentang urusan pria, ini ribet dan njelimet.

Siang hari ketika rumah Lia sepi, aku bertandang lagi ke rumahnya. Tentu kalau ada rombongan dari kota itu, aku akan cepat-cepat menjauh. Kali ini hanya sedang ingin main. Di dalam rak beberapa majalah dan diantara piala, sebuah selebaran berwarna merah. Pada selebaran itu juga memperlihatkan barisan-barisan yang sepertinya sedang melakukan wisuda. Kuambil selebaran itu kemudian membacanya dengan saksama. Pendidikan satu tahun dengan beberapa jurusan. Ada jurusan sekretaris, kesehatan, Informasi Tekhnologi, dan Pariwisata Perhotelan.

“Cocok tuh buatmu,” ucap Lia sambil menaruh satu toples keripik singkong.

Lihat selengkapnya