Di Ujung Senja Kau Sebut Namaku

Raida Hasan
Chapter #21

Abortus

Beberapa minggu belakangan ini Zoey sering membawa Suri ke rumah. Armand pun menjadi jarang ke rumah itu dan lebih sering beristirahat di rumah Fanny. Baru kutahu pula, Suri kuliah di kota yang sama denganku.

Joey adalah adik sebapak dari Armand. Namun ada kisah tersendiri dibalik sosok bermata bulat dan beralis tebal itu. Beberapa bulan yang lalu keluar dari pesantren, tepatnya dikeluarkan secara tidak hormat. Tertangkap basah sekamar dengan seorang gadis tidak jauh dari lingkungan pesantren. Ia dihukum, digunduli dan diarak mengelilingi pondok. Sebelumnya, Joey adalah santri teladan dan sangat taat. Masa kecil hingga remaja dihabiskan di lingkungan pondok. Ketika Bapaknya menikah lagi, Ibu kandungnya hijrah ke Saudi sebagai Tenaga Kerja Wanita.

Asmara terlarang di pesantren membuat kehidupannya berubah 180 derajat, hampir semua maksiat dia lakoni. Zoey memiliki perawakan seperti aktor boliwood, berkulit hitam, kekar, berwajah manis dengan hidung mancung. Dia juga sangat romantis tepatnya penggombal paling ulung. Tak heran dengan sekali tepuk, dua tiga wanita jatuh hati padanya. Hanya ada satu perempuan bukan muhrim di kampung ini yang belum dia goda. Aku. Tentu saja karena ia sangat menghormati kakaknya.

Baru beberapa hari saja tinggal di kampung yang sama, dia telah mendapatkan sasaran baru. Putri, gadis putih berambut ikal panjang dengan body bak biola eropa. Setiap lelaki selalu memandang langkah gemulainya seakan sepakat berkata, dia sungguh menggoda.

Putri bekerja di sebuah salon, tutur katanya halus dan sopan. Zoey sebenarnya sudah lama tertarik dengannya jauh sebelum berehubungan dengan Suri. Tepatnya awal-awal keluar dari pesantren dan beberapa kali menempati rumahnya. Berbagai cara dilakukan demi mendekati Putri si kembang desa, tak satu pun berhasil membuatnya luluh. Zoey tak menyerah, rumah yang terbilang cukup dekat membuatnya lebih mudah mencurahkan perhatian, atau hanya sekedar bertegur sapa menggoda.

Berminggu-minggu mencoba mendekati sang pujaan, tapi Zoey tak mendapat respon. Di saat itulah Suri datang di kehidupannya. Seorang mahasiswi berpenampilan modis, berwajah manis dan bertubuh mungil. Dia sangat akrab dengan Fanny. Sepulang kuliah, dia selalu menyempatkan bertandang kerumah sepupunya itu.

Tidak butuh waktu lama, Zoey dan Suri menjadi dekat, sangat dekat. Sering membawa Suri ke rumah orang tuanya di kampung, juga dibawanya ke rumah warisan ayah mereka itu, apalagi setelah resmi menjadi pengangguran. Melepas rindu memadu kasih. Tidak siang ataupun malam, suara berisik memacu syahwat selalu terdengar, tak peduli walau saat itu aku sedang berada di sebelah.

Suri sebenarnya gadis perawan lugu yang sangat manis, namun Zoey merusaknya sedangkan Suri menjadi buta dibuatnya. Apa pun yang mereka perbuat Zoey selalu bangga menceritakan kepada teman-temannya. Bahkan Zoey menawarkan bagi siapa saja yang ingin menyaksikan, diberikan celah melalu lubang kecil di sudut rumah mereka, tanpa Suri ketahui.

Dia juga menceritakan bagaimana proses keperawanan Suri terenggut. Siapa pun yang mendengarkan saat itu seolah-olah turut serta menikmati setiap inci tubuh Suri. 

Muak, tentu saja, bagaimana mungkin Zoey memperlakukan perempuan sebegitu rendahnya. Dia lupa kalau punya seorang Ibu? Dia lupa punya saudara perempuan? Bahkan dia lupa, kelak mungkin saja dia memiliki anak perempuan. Bagaimana perasaannya jika anak perempuannya diperlakukan seperti itu?

Laki-laki yang meminta kesucian seseorang sebagai pembuktian atas nama cinta adalah bulshit. Laki-laki hoax tingkat dewa. Segera tenggelamkan. Dan perempuan yang memenuhi keingan laki-laki itu adalah perempuan bodoh. Cinta boleh, bodoh jangan. Kalaupun sudah terlanjur jangan kelamaan. Segera selamatkan dirimu.

Lihat selengkapnya