Ku cari nama Marsha di dalam ponsel. Mudah-mudahan saja gadis itu tak mengubah nomor teleponnya. Aku hanya memiliki satu sahabat di kampung ini dan itu adalah Marsha. Gadis yang sangat takut dengan kucing dan menakutkan beberapa pria yang ingin mendekatinya. Mengapa ku katakan seperti itu? Waktu sekolah dulu Marsha adalah gadis tomboy dengan gaya khasnya, menggulung lengan baju sekolahnya dan memperlihatkan otot-otot bunganya yang sedikit kekar. Namun, dia adalah orang yang paling mengetahui isi hatiku yang selama ini ku pendam dari siapapun, termasuk Azhar. Akhirnya nomor teleponnya dapat ku temukan. Dengan hati yang begitu khawatir, aku mulai menghubunginya. Alhamdulillah panggilan itu tersambung.
"Rayaa???" serunya dari seberang.
"Kau masih menyimpan nomor teleponku?" tanyaku sangat terkejut dengan respon Marsha barusan.
"Kau pikir aku akan menghapusnya?" cetusnya dengan kasar.
"Haha... Kau dimana sekarang?"
"Di rumah. Kau sendiri dimana?"
"Aku baru saja sampai di rumah."
"Kau pulang cepat dari kantor hari ini?" tanyanya yang tak mengira bahwa aku sudah berada di kota kelahiranku sekarang.
Aku bingung. Apakah Marsha belum sadar juga dengan ucapanku? Dia tidak tahu bahwa yang ku maksud rumah adalah rumah ayah dan ibu.
"Oya, kau tidak pulang kampung lagi tahun ini?" tanyanya dengan tiba-tiba.
"Pulang kampung? Aku sudah di rumah, Sayang!" seruku sambil tertawa kecil.
"Maksudmu kau berada di Kampung Baru sekarang?" tanyanya lagi dengan memperjelas alamat rumahku.
"Iya!!!" jawabku dengan sedikit berteriak.
"Kau serius?" tanyaku dengan suara yang keras membuat telingaku hampir tak bisa mendengar lagi.
"Untuk apa aku bohong? Kau ini!"
"Oh, Tuhan! Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi, Ya?" tanya Marsha dengan suara yang menggetarkan.
"Sudah ku katakan, tetapi kau saja yang tidak sadar..." jawabku.
"Kau tidak bilang kalau sekarang sudah berada di rumah Paman. Mana ku tahu!!" elaknya dari kesalahan.
"Untuk apa?"
"Jadi, kau tidak ingin lagi bertemu denganku?"
"Tentu saja sangat ingin bertemu. Makanya, aku meneleponmu sekarang. Kau ini bagaimana sih?"
"Apa kau sudah punya jadwal hari ini? Aku ingin bertemu denganmu hari ini juga," ujar Marsha dengan menggebu-gebu.
"Itulah yang sedang ku pikirkan sekarang. Apakah kita akan keluar dan jalan bersama? Banyak yang ingin ku dengar darimu," ucapku sambil tertawa kecil.
"Baiklah, aku akan menjemputmu sebentar lagi."
Aku bergegas membereskan tempat tidur dan bangkit menuju kamar mandi. Rasanya sudah tak sabar bertemu dengan wanita yang bertubuh kecil dan imut itu. Banyak hal yang ingin ku dengar dan juga ingin ku ceritakan padanya. Senyumku terus mengembang. Marsha juga pasti memiliki banyak cerita indah tentang kota ini dan juga Azhar.