-----BAB 4-----
"Mentari perlahan pulang ke peraduannya, dipelukan cakrawala ia memandu menjemput sang rembulan sebagai perhiasan malam, meninggalkan seberkas bias sinar redup yang meremang jingga namun tanpa warna. Dan dia adalah SENJA"
Senja sedang duduk termenung sambil memandang sang hujan dibalik kaca hujan pun tak juga kunjung reda teman-teman Senja pun sudah meninggalkan Senja satu persatu dan yang tersisa hanya Irma, irma tak tega meninggalkan Senja sendiri di cafe itu makanya ia akan menunggu hujan sampai agak reda untuk pulang bersama Senja. Diluar sana hujan pun tak tampak akan reda yang ada hujan semakin turun dengan derasnya seakan seakan dia mengerti apa yang saat ini Senja rasakan petir pun juga bergemuruh kencang padahal hari sudah semakin sore rasa gundah dan cemas pun tak luput menyelimuti hati Senja, ia berpikir bagaimana caranya ia untuk pulang sedangkan mobil nya terparkir jauh dari cafe. Irma yang saat itu duduk disamping Senja berusaha menenangkan Senja dia juga berharap agar hujan segera teduh agar ia dan Senja bisa segera pulang.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06:10 pertanda sebentar lagu sang lembayung senja akan pulang keperaduan nya, namun kali ini langit sedang menghitam berduka sehingga sang jingga pun tak nampak hadir menghiasi singgasana langit, yaa untuk kali ini sang semburat senja sedang berduka dengan ditemani awan hitam menggumpal dan bergemuruh.
Setengah jam berlalu hujan masih saja belum reda. Untung saja disana Senja tak sendiri, untung saja dia ditemani oleh Irma. Tiba-tiba pelayan di kafe itu datang menghampiri Senja dan Irma dengan menyodorkan sebuah payung dan sebuah surat.
"Mba ini saya ada payung mba gunakan saja untuk kakak pulang." ujar si pelayan itu tadi.
"Ooh iya mas terimakasih banyak ya, gimana kalau saya pinjam dulu payung nya besok saya kesini lagi buat balikin payungnya ya?".
"Iya mba enggak usah mba, mba simpan aja payung nya ya." sang pelayan kafe itu pun pergi sambil tersenyum.
Senja dan Irma pun akhirnya bisa pulang dengan payung tersebut, namun ada yang aneh ketika payung tersebut dibuka ada sepucuk surat dibalik payung tersebut surat itupun jatuh untung saja Senja cepat mengambil surat tersebut karena jalanan yang basah, dalam hati Senja untung saja Irma belum melihat sepucuk surat tersebut ia akut kalau nanti akan menjadi berita heboh di sekolahnya. Tak lama kemudian Senja pun sampai di rumahnya, tampak Bi Asih menghampirinya dimuka pintu dengan sebuah payung di tangan nya tampak dari raut mukanya Bi Asih tampak nya sangat khawatir dengan Senja karena sedari tadi Bi Asih sedang menunggu Senja pulang dan diluar sana hujan turun dengan sangat lebat nya.
Setelah mandi dan berberes Senja pun teringat akan surat yang ada tadi terjatuh saat ia membuka payung, dia pun segera mengambil surat tersebut di dalam tas nya dan membukanya, surat itu bertuliskan: