Suasana kelas menjadi tenang. Hanya ada satu yang berbicara di depan kelas menyampaikan materi pembelajaran hari ini pada murid-murid yang sedang menyimak dengan seksama apa yang di katakan pria dewasa di depan.
"Oke, sekarang ada yang mau bertanya?" Setelah setengah jam pria dewasa itu menyampaikan materi kini dia menanyakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman kita untuk materi yang dia sampaika.
"Saya pak," ujar Ayu mengangkat tangan ke atas. Melihat sikap Ayu, para siswa yang lain merasa kesal.
"Okei, Ayu silakan!"
"Ok, pak. Dari pembahasan pak, pak mengatakan kata epilog dan saya belum mengerti arti kata epilog itu apa. Jadi bisa bapak jelaskan artinya!"
"Wouu. Epilog saja nggak tau." Hura semua anak-anak di kelas merasa pertanyaan Ayu tidak patut dibahas lagi. "Epilog saja nggak tahu. Hal yang gampang dibuat susah," ucapku pelan yang hanya terdengar oleh Kiki. "Maklum saja, kamu kayak nggak tahu saja sama miss caper," sambung kiki.
"Sudah... Sudah... Terimah kasih kamu sudah mau bertanya Ayu. Karena teman-teman kamu bilang Epilog itu mudah maka bapak minta teman-teman kamu menjawabnya. Baik, siapa yang mau menjawab?"
"Saya pak." Hendra mengajukan tangan ke atas. "Epilog adalah bagian akhir dari suatu sastra dan literatur, biasanya digunakan untuk menutup cerita."
"Betul Hendra. Jadi bagaimana Ayu kamu sudah memahami arti dari epilog?" Pernyataan pak guru membuat Ayu malu sendiri dengan dirinya. Ayu mengangguk pelan. "Mengerti pak," jawab Ayu
Dan anak-anak satu kelas merasa senang karena bisa melihat Ayu malu karena ulahnya sendiri.
"Baik semua, bapak tidak menjelaskan kepada kalian arti dari epilog karena bapak tahu kalian ini bukan anak sekolah dasar lagi yang harus diajari dari dasar. Kalian harus belajar sendiri, arti dari istilah-istilah yang ada karena sudah terterah jelas dalam buku, bahkan di jaman yang sudah canggih ini, kalian bisa saja cari istilah-istilah itu di internet. Jadi kalian sudah paham semuanya?"
"Sangat mengerti pak," jawab semua murid-murid dengan semangat terkecuali Ayu yang masih merasa di permalukan.
"Untuk Ayu, bapak tidak menyalakan kamu, tapi bapak senang karena kamu punya keberanian untuk bertanya. Bertanya itu tidak salah ya anak-anak. Sebab kata pepata malu bertanya sesat dijalan. Bapak senang kalau anak-anak bapa seperti Ayu yang berani untuk bertanya jika dia tidak tahu. Jadi, kalau begitu masih ada yang mau bertanya lagi?"
"Saya Pak." Sari mengangkat tangan ke atas. "Ok, Sari."
"Pak saya ingin bertanya, jika dalam sebuah secerita terdapat prolog apakah dalam cerita tersebut harus ada epilog? Makasih pak."
"Baik Sari, bapak akan menjawab pertanyaan kamu. Jadi gini ya anak-anak jawaban tidak, kenapa pak bilang tidak karena pilihan untuk memasukkan epilog dalam sebuah cerita tidak terlalu di perlukan tergantung dari si penulisnya. Karena epilog bukanlah komponen yang penting untuk sebuah buku. Jadi gimana, sampai sini kalian paham?"
"Paham pak," jawab serentak para siswa-siswi.
"Ok, karena bapak yakin kalian sudah paham, maka bapak akan memberikan tugas. Tugas ini bapak beri waktu kalian satu minggu, dan tugas yang akan bapak berikan adalah tugas kelompok. Tugas kalian itu adalah membuat sebuah drama bertema anak sekolah. Kelompoknya dibagi menjadi lima orang, jadi jumlah kalian ada berapa dibagi menjadi lima, kalau kelebihan maka yang separuhnya dibagi enam orang. Ok kalian paham semua?"