JULI 2017 (06.30)
Upacara pembukaan MPLS akan segera dimulai. Airin semakin gelisah karena merasa bersalah. Matanya terus melihat ke arah Lukas yang tengah menjalani hukuman jongkok bangun dari senior DOK.
Ayah Airin selalu mengajarkannya untuk bertanggung jawab dan tidak lari dari masalah. Sesulit apapun masalahnya harus dihadapi. Namun, hari ini ada orang lain yang rela menanggung konsekuensi dari permasalahan yang dibuatnya. Tangannya terasa dingin, basah, hingga lemas sampai tanpa sadar seutas tali yang dipertahankannya terlepas terbang bebas.
“Woe siapa tu yang balonnya lepas?” Teriak salah satu panitia DOK. Sontak ribuan kepala mendongakkan ke arah sebuah balon biru yang terbang.
Airin sudah tahu teriakan itu pasti akan menggema. Airin sudah siap menerima hukuman, tak apa jika kakinya harus pegal-pegal daripada terus diselimuti rasa bersalah.
“Saya kak, maaf…”
“Maaf-maaf, ini upacara udah mau dimulai. Udah cepet sana gabung!!”
Lukas yang tengah menjalani hukuman terbengong heran melihat kedatangan Airin yang tiba-tiba jongkok disampingnya.
“Huss… lo ngapain? Balon gue mana?” tanya Lukas sedikit berbisik ke Airin.
“Udah terbang” jawab Airin sambil jongkok bangun.
“Kenapa gak dipegang erat-erat sih, kan lo jadi ikut dihukum.” Lukas terlihat sedikit kesal karena pengorbanannya berarti sia-sia.
“Ya gimana ya, tangan gue licin, lagi pula gue emang yang salah, udah seharusnya gue dihukum dan lo gak perlu ngasih balon itu.”
Tiba-tiba teriakan DOK kembali terdengar hingga mengalihkan obrolan Lukas dan Airin.
“Aduh!! Jam berapa ini CASIS!!!”
Terlihat seorang siswa laki-laki baru datang memasuki lapangan upacara. Wajahnya yang tampan dengan kulit putih bak Oppa Korea berhasil membuat beberapa casis perempuan tersipu malu sambil berbisik-bisik.
Berbeda halnya dengan Airin, ia masih fokus menjalani hukumannya, walau sesekali ia melihat ke arah anak baru yang terlambat itu. Mata Airin justru tertuju pada baju anak itu yang tampak lusuh dan kekuningan, seakan tak pernah diganti selama 3 tahun.
“Maaf kak, tadi motor abang saya mogok.” Anak baru itu melontarkan alasannya. Namun, seperti biasanya DOK tidak akan menerima alasan apapun.
“Ah, alasan!! Yang begini nih, bikin rundown ngaret. Udah kamu sana gabung, jongkok bangun 100 kali!!!”