Juni 2023
Beberapa bulan sebelum Andre ulang tahun, aku, Cio, dan Wina sempat pergi ke pasar Senen dengan menaiki kereta api. Mulanya aku hanya mengantar Wina berbelanja, sebab dia ingin membelikan beberapa potong pakaian untuk suaminya, Rey.
Namun, di tengah pasar aku melihat sesuatu yang menarik hati. Sebuah zipper hoodie warna abu-abu tua dengan kombinasi warna navy di bagian kantongnya. Pikirku, Andre pasti suka, sebab banyak kantongnya, besar dan dalam.
Aku merahasiakan ini hingga harinya. Kubungkus walau tak rapi—aku tak bisa rapi dalam urusan bungkus membungkus—dalam kertas kado warna ungu.
Sekarang kami sedang berada di saung di salah satu tempat favorit kami, arena bermain yang biasa Cio sebut "Kuda" karena memang ada arena berkuda di dalamnya dan dibuka untuk umum setiap sore hari. Masjid di sini bagus sekali. Arsitekturnya modern dengan nuansa coklat keemasan. Di menaranya ada lampu LED yang warnanya bisa berganti-ganti. Suara azannya merdu menggugah hati.
Ini adalah tempat favorit Andre juga. Dia sering beristirahat di sini kalau sedang berjualan di daerah pedalaman.
Aku membawakan salah satu masakan kesukaan Andre, ayam goreng bawang putih, beserta sambal terasi dan tumis kangkung. Semua yang spesial untuknya, juga kue tart warna ungu, sebab hari ini, tanggal 8 Juni, adalah hari ulang tahun Andre yang ke-41. Ya, dia memang lebih muda hampir dua tahun dariku. Dia brondongku yang malah lebih dewasa daripadaku.
Cio sibuk membongkar karton pembungkus kue berbentuk lingkaran dengan ornamen permen keras berbentuk mutiara, coklat putih berbentuk pagar, dan krim dengan bentuk bunga mawar berwarna ungu cerah. Ada juga tulisan "HBD Papi".
Aku menancapkan lilin angka 4 dan 1 dan menyulut kedua ujungnya menggunakan korek gas milik Andre.
Yang berulang tahun tampak semringah. Senyum tak pudar dari bibirnya yang merah. Lagu "Happy Birthday" kami nyanyikan sekali, dan Andre meniup lilinnya, lalu dia membuat permohonan. Kuamati wajah polosnya, wajah yang kini redup sinarnya. Mataku berkaca-kaca.
Aku meminta Cio untuk mengeluarkan kado yang kami bawa tanpa sepengetahuan Andre, tetapi Cio tak tahan untuk membocorkannya. Tahulah Andre bahwa itu adalah jaket.
Segera dia membukanya. Aku terus mengamatinya, penasaran, apakah dia benar-benar menyukainya atau pura-pura suka untuk menyenangkanku.
"Ya Allah, bagus banget!" Andre membentangkan hoodie itu, lalu segera mencobanya. "Papi suka banget. Wah, mana banyak kantongnya. Makasih, ya, Sayang."
Andre tiba-tiba terharu. Dia kesulitan menahan tangis. Kedua sudut bibirnya sudah melengkung ke bawah. Napasnya sedikit tersengal.
"Hey, kenapa? Kok, nangis? Sini, sini, Sayang. Sini peluk dulu," kataku sambil membenamkan kepalanya di dadaku.
Cukup lama Andre berada di pelukanku. Bajuku sampai basah kena air matanya. Dia lantas menatapku dalam-dalam. Kuusap matanya dengan kedua ibu jariku.
"Makasih, ya," hanya itu yang dia katakan.