Dia Rehema

Lani Nurohmah
Chapter #2

Bagian 1 - 1

Di sebuah kota, tepatnya tengah kota Banda Aceh, terlihat ada banyaknya pernak-pernik lukisan di sepanjang trotoar yang sering ramai oleh banyak pengunjung untuk sekadar melihatnya, bagaikan sebuah museum terbuka di pinggir jalan. Setiap minggunya, tempat itu benar-benar selalu ramai pengunjung. Kamu pun tinggal disela-sela keramaian itu.

Terlihat kamu mulai membuka mata, berjalan menuju ke arah jendela, membuka tirai kamar dan membukakan kaca jendela. Menatap sang mentari pagi dan menghirup udara yang segar. Terlihat kamu sangat menikmati saat terlelapnya tidur tadi.

"Astaga ... nyenyak sekali tidurku kali ini." Kamu mengucap rasa syukur seraya menggeliatkan tubuhmu di balik kaca jendela.

Setelahnya, matamu yang hijau kecokelatan itu selalu menatap setiap gerak-gerik orang yang berlalu lalang. Kamu mengunci pandangan kepada seorang gadis yang memiliki hidung mancung, beralis tebal, bermata besar berwarna biru, serta tubuh yang proporsional, yang sedang berkumpul dengan seorang temannya. Di balik kerudungnya tersimpan pandangan yang berapi-api menatapmu. Kamu tebarkan senyuman manis padanya, tetapi gadis itu menghiraukanmu.

"Dosakah aku, jika kini aku menyukaimu?" gumammu bertanya-tanya dengan perlahan. Kamu terlihat seperti mengagumi seseorang secara tak wajar.

Kamu pun memasang raut wajah yang kecewa terhadap dirinya. Kemudian tak banyak berdiam di sana, kamu mulai bergegas pergi mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja, mencari sesuap nasi untuk dapat bertahan hidup sampai esok hari dan seterusnya.

Di dalam toilet, dengan guyuran air yang keluar dari shower kamu masih melamunkan sesuatu. Terlihat seperti seseorang yang menyimpan rasa bingung, layaknya memikirkan sebuah teka-teki di atas permainan puzzle. Kamu mulai bergumam, "Bahkan, air ini tak mampu mengalirkan pikiranku terhadapmu, lalu membuangnya begitu saja."

Kamu masih saja memuja gadis itu, seakan tak ada gadis lain yang dapat menggantikannya. Setelah beberapa saat, kamu mengambil tas dan bergegas berjalan kaki menuju tempat kerjamu, tepatnya di perpustakaan ujung jalan tak jauh dari tempat tinggalmu. Saat melangkahkan kaki menuju luar rumah, kamu masih melihat gadis itu mengobrol dengan seorang temannya di bawah pohon palem-pinggir jalan.

"Keindahanmu, telah membuat mataku beku. Siapakah namanya? Sejauh ini, aku mencari tahu namanya."

Kamu merapikan pakaianmu, tak lupa juga untuk berkaca-merapikan rambutmu. Kamu menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan sebuah keberanian untuk dapat mendekati dirinya. Namun saat beberapa langkah kaki berjalan 'tuk menghampirinya, gadis itu pun pergi ke arah ujung jalan.

"Suatu saat kamu melangkah, aku akan berada di hadapanmu," ucapmu secara perlahan.

"Selamat pagi, Tuan Jo!" sapa tetanggamu yang sedang bersih-bersih di halaman rumahnya. Dia membuatmu terkejut.

Kamu tersenyum dan membalas sapaannya. "Shalom, Nyonya. Selamat pagi kembali, Nyonya Agnes. Semoga harimu menyenangkan."

"Semoga harimu menyenangkan juga, Tuan Jo."

"Terima kasih atas doanya, Nyonya Agnes." Kamu tersenyum memperlihatkan jajaran gigi yang rapih nan putih itu seraya melambaikan tangan padanya. Nyonya Agnes pun membalas senyumanmu. Lalu matamu kembali melirik ke arah di mana gadis itu berada dan kembali mengunci pandangan terhadapnya.

Perlahan, tetapi pasti, kamu mengikutinya dari arah belakang sambil sesekali melihat arah jarum jam yang kamu kenakan di tangan kirimu itu. Seperti memastikan waktu, agar tidak terlambat masuk kerja. Untungnya, tujuan gadis itu menuju arah yang sama dengan dirimu saat ini.

"Kali ini, aku benar-benar akan berada di hadapanmu." Kamu berkata dengan penuh rasa percaya diri terhadap diri sendiri. Kamu bahkan tidak tahu, apa yang telah kamu katakan itu akan benar-benar terjadi atau tidak.

"Tuan!" panggil seseorang. Kamu pun berhenti melangkah dan menengok ke arah asal suara itu. "Maaf, Tuan. Ini lukisan yang Anda pesan dua minggu lalu. Saya melukisnya cukup kesulitan karena saya harus mencari posisi yang pas secara diam-diam," jelasnya.

Lihat selengkapnya