Dia Rehema

Lani Nurohmah
Chapter #3

Bagian 1 - 2

"Jo, tolong bereskan buku-buku yang baru datang itu. Aku akan pergi ke gudang untuk membereskan buku-buku di sana," kata Brian yang melihatmu sedang memainkan komputer di perpustakaan.

"Jangan khawatir. Aku akan membereskannya setelah ini," sahutmu seraya fokus dengan pekerjaanmu.

Tak lama kemudian, kamu mulai mengambil sebuah gunting dan membuka kardus yang masih tersegel di sana. Lalu mengambil beberapa buku di dalamnya dan mengecek buku tersebut satu per satu. Kebetulan ada satu judul buku yang terjilid timbul keluar bertuliskan, 'Kisah Inspiratif Para Mualaf di Dunia'.

Sejenak kamu terdiam melihat tulisan itu, dari pandanganmu, terlihat mulai menyimpan rasa penasaran dengan isi tulisan yang ada di dalam buku itu. Tak lama menatapnya, kamu pun langsung tersadar kembali untuk mengambil beberapa buku agar disimpan ke sebuah troli dan mendorongnya menuju rak buku yang masih kosong.

"Sepertinya kekosongan ini harus segera diisi oleh perasaan-perasaan yang ikhlas."

Mungkin maksudmu itu adalah kekosongan rak buku yang harus diisi oleh novel insfiratif lainnya, agar para pembaca bisa merasakan kisah di dalam buku itu dengan ikhlas.

Beberapa saat kamu melewati banyaknya rak, tak sengaja kamu berpapasan dengan seseorang yang sebelumnya kamu perhatikan. Keberanian diri sudah terkumpul untuk tersenyum padanya, dan dia pun membalas senyumanmu dengan begitu indah. Walau terlihat secara paksa, tetapi dia tetap menebarkan senyuman khasnya. Gadis keturunan Mesir itu rupanya memang sering berada di perpustakaan untuk membaca buku-buku ilmiah.

Sebelum dirinya berpindah jarak denganmu, dia sempat berbicara dengan nada suara yang sangat rendah dan lembut. Dia berkata,

"Kumohon jangan perhatikanku lagi. Sesungguhnya itu sangat tidak baik. Terima kasih. As-salamu 'alaikum."

Kamu terdiam mendengar dia berkata seperti itu. Akhirnya kamu menyadari bahwa perempuan tersebut sudah mengetahui aktifitasmu yang terus memperhatikannya. Kamu menunduk malu, memegangi pundak sebelah kanan dengan tangan kananmu, dan kamu pun tetap masih keras kepala dengan menatapnya saat dirinya pergi menjauhimu.

Saat dia meninggalkanmu, kemungkinan kamu akan terus mengingat garis bibirnya yang tipis dengan polesan lipstik berwarna merah muda. Lalu pandangannya yang tajam dengan matanya yang besar, juga bulu mata yang lentik. Kamu bahkan selalu tersenyum sendiri setelah melihatnya. Apakah benar, dirinya selalu terbayang dalam ingatanmu?

Kamu bergumam, "Suatu perpisahan yang indah, saat kamu tebarkan senyuman pada awal pertemuan. Perasaan apa yang harus aku gambarkan terhadap dirimu? Apakah aku harus merasa kecewa? Tidak! Aku akan tetap merasa bahagia untuk hal itu. Aku bahagia."

Cantik. Satu kata yang dapat menggambarkan seorang gadis keturunan Mesir itu olehmu. Kecantikannya secara fisik membuatmu tertarik. Namun kecantikan fisikal itu dapat memudar pada suatu waktu. Saat kecantikan fisik telah hilang, maka perilakunya-lah yang menolong dia agar tetap terlihat cantik.

Kamu berjalan secara perlahan menyusuri setiap rak buku, mengikuti ke mana arah dia pergi. Dia masih memilih bacaan yang lainnya. Padahal kamu sudah tahu gadis itu memegangi beberapa buku untuk dia baca. Waktu dua jam pun, rasanya tidak akan cukup membaca semua buku sebanyak itu. Namun kamu melihatnya terus mencari sesuatu lain di sana. Entah judul apa lagi yang dirinya cari, kemudian kamu berjalan menghampirinya dan bertanya, "Apa ada yang bisa kubantu?"

Dia menengok, menatapmu tajam dan berusaha berjalan mundur menjauhimu seakan memberi pandangan seorang penjahat terhadapmu. Karena dia tahu bahwa kamu sering memperhatikannya. Memang keras kepala. Walau sudah ketahuan dan diberi peringatan agar berhenti memperhatikannya, tetap saja tidak kapok. Rasa penasaranmu rupanya lebih besar melebihi ketakutanmu, sehingga kamu tidak takut lagi dengan kalimat ancamannya.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan menculikmu," ucapmu meyakinkannya.

"Tidak baik seorang pria terus memperhatikan seorang wanita secara diam-diam. Jika dilaporkan, kamu bisa saja masuk tahanan atas ketidak nyamanan ini," sahutnya seraya memeluk buku yang tengah dia pegang.

"Ah, maafkan aku. Aku sangat tertarik denganmu." Kamu bicara langsung pada intinya. Gadis itu menundukkan kepalanya. Dia memandang ke arah pemandangan yang berada di bawah kakinya. Terlihat seperti tak ingin melihat wajahmu dengan lama.

"Kamu boleh tertarik padaku, tetapi kamu tidak boleh mendekatiku lagi."

Sejenak kamu terdiam mendengar sebuah larangan itu. Kini pasti yang ada dalam pikiranmu, mulai bertanya-tanya apa alasan gadis itu menolakmu begitu saja? Kamu bahkan belum sempat memberitahukan namamu padanya. Kamu juga belum sempat tahu namanya siapa, tetapi gadis itu terlihat berbicara seolah tak sudi untuk mengenalmu. Bukannya dia bersikap jual mahal, mungkin saja dia mempunyai alasan tersendiri untuk hal itu, dan kamu tidak mengetahuinya.

Lihat selengkapnya