Dia Sekala

al
Chapter #3

02

Hari minggu adalah hari yang selalu ditunggu oleh Sekala. Di hari minggu biasanya Sekala akan mengosongkan waktunya untuk melakukan "me time". Sama seperti hari ini, pagi-pagi sekali anak itu sudah menjemputku di apartement untuk mengajakku menemui kesayangannya.

Sejak semalam Sekala sudah menerorku dengan berpuluh-puluh pesan dan telepon yang mengingatkanku untuk bersiap. Aku bahkan harus mengiriminya foto barang-barang yang akan dibawa hari ini. Sekala yang sedang antusias tidak pernah bisa dihentikan dan aku harus siap untuk menghadapi "high tension" Sekala.

"Woaaahhh..teteh udah siapin semuanya, keren." Sekala berkata antusias melihat beberapa tas yang sudah aku siapkan.

"Bantuin bawanya." Sekala menganggukkan kepalanya lalu mengambil sebagian barang yang aku siapkan. "Kamu duluan, aku mau ambil tas di dalam," ucapku diangguki Sekala dan kemudian melangkah pergi meninggalkanku.

Aku masuk lagi ke dalam apartementku untuk mengambil tas serta bekal yang sudah aku siapkan untuk makan siang nanti. Tempat yang akan kami tuju hari ini berada di sebuah pedesaan jauh dari pusat kota, akan sulit untuk mencari tempat makan sehingga aku memutuskan untuk membuat bekal.

Sejak mengenal Sekala 3 tahun lalu, aku sudah sering diajak Sekala ke tempat ini. Sejujurnya aku sangat menyukai tempat itu, di tempat itu aku bisa menghirup segarnya udara pedesaan yang bebas polusi. Meskipun terpencil dan jauh dari manapun, setidaknya di tempat itu aku bisa merasa nyaman dan melepas semua kepenatanku.

"Nanti kalo aku capek teteh yang nyetir ya." Ucapan Sekala terdengar saat aku baru saja duduk di sebelahnya.

"Biasanya juga gitu-kan." Sekala nyengir mendengar perkataanku.

Aku sebenarnya tidak bisa menyetir awalnya, tetapi 2 tahun lalu Sekala memaksaku untuk belajar mengendarai mobil. Aku ingat saat itu Sekala mengatakan bahwa aku harus bisa mengendarai mobil agar bisa menjadi perempuan hebat. Entah dari mana pemikiran itu berasal yang jelas aku hanya menuruti kemauannya yang kemudian kupikir-pikir ternyata ada untungnya.

Perjalanan kami dimulai tepat setelah Sekala menyalakan musik dari ponselnya yang tersambung dengan radio-tape di mobilnya. Sebuah alunan lagu dari band indie favorit Sekala mengalun lembut mengiringi perjalanan kami pagi ini. Butuh waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai ke tempat tujuan kami.

"Teteh bobo dulu aja, nanti kalau aku capek teteh aku bangunin," kata Sekala menoleh pada-ku.

"Ini masih jam 7 Kal, aku baru bangun 2 jam yang lalu dan kamu suruh aku tidur? Jangan aneh deh," balasku.

"Kan siapa tahu teteh masih ngantuk," ucap Sekala ngeles.

"Udah nyetir aja yang bener! Nanti kalau kamu capek berhenti biar aku yang gantiin." Sekala hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah percakapan itu, Aku dan Sekala tidak lagi berbicara. Sekala fokus dengan jalanan dan aku memilih untuk bermain ponsel, mengecek beberapa email dari temanku dan juga client dari pekerjaanku. Aku seorang freelancer untuk sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa periklanan, jadi bisa dibilang aku cukup sibuk dengan pekerjaanku akhir-akhir ini.

Tidak ada yang aneh dalam perjalanan kami. Sekala yang sangat bersemangat sesekali ikut bernanyi mengikuti alunan lagu. Sekala akan selalu memiliki semangat tinggi jika berhubungan dengan kesayangannya yang hanna bisa ditemui dua minggu sekali. Sejak kemarin Sekala sudah membuat list apa yang akan dia lakukan saat sudah sampai di tempat tujuannya. 

"Kata Abah aku punya kesayangan baru teh." Sekala membuka percakapan setelah cukup lama saling diam.

"Serius? Berapa?" Tanya ku penasaran.

"Tiga teh, aku nggak sabar pengen lihat," lanjut Sekala girang. Membicarakan semua kesayangannya akan selalu menjadi hal yang menyenangkan bagi Sekala.

"Jadi penasaran. Abah kirim fotonya nggak?" Sekala mengangguk lalu mengambil ponselnya di dalam saku celananya.

"Nih.." Aku mengambil uluran ponsel dari Sekala. "Lihat sendiri aja, pokoknya aku nggak sabar pengen lihat." Katanya padaku.

Aku meraih ponselnya dan membuka galeri untuk melihat foto yang dimaksud Sekala. Setelah menscroll beberapa foto di galeri ponselnya aku bisa menemukan beberapa foto anak kucing yang aku yakini sebagai kesayangan baru Sekala.

"Woaahhh...lucu-lucu banget." Sekala mengangguk mendengar ucapanku. Jujur saja, tiga anak kucing baru milik Sekala benar-benar menggemaskan.

"Bener-kan. Aku jadi nggak sabar," kata Sekala sekali lagi.

"Jangan ngebut Kal!" Peringatku saat kurasa laju mobil Sekala semakin bertambah cepat.

"Ini nggak ngebut teh. Cuman tambah dikit spedometernya biar cepet sampai," balas Sekala sambil nyengir.

"Hati-hati yang penting." Sekala mengangguk mengiyakan.

Perjalanan kami berlanjut dengan santai. Sekala mengendarai mobilnya dengan berhati-hati setelah beberapa kali aku peringatkan untuk tidak ngebut. Alunan lagu masih terus terputar untuk menemani perjalanan kami. Sesekali Aku juga mengajak ngobrol Sekala agar dia tidak mengantuk karena jika dibiarkan diam yang ada Sekala hanya akan mengantuk dan itu berbahaya.

****

Lihat selengkapnya