Aku selalu ingat debu yang mengikat tas simpang kainmu, wanginya tak diubah melainkan aroma cendana dari pengharummu, kau gunakan selalu sejak aku bertemu kau, hingga kupikir enam bulan bersama, tanpa jeda sehari semalam, menjadikan aku dan kau ialah kita.
Entahlah Aristi, kau selalu misterius dalam berperilaku, sengaja memasang teka-teki yang memaksaku turut bermain, berputar-putar selalu hanya demi mencari jalan keluar dari permainanmu, walau kusadar sebanyak kali kau sengaja mempermainkanku, sebanyak kali kau ingin membuatku buta akan dunia, hanya demi turut berkehendak dalam tiap godaanmu, aku tetap tak bisa keluar karena kau berhasil menang atas permainanmu, membuatku mati tak berdaya dengan jebakan 'kenyamanan'.
Kau buat aku kenyang akan validasi, selalu menenangkan selayak air, tak henti kau buat aku memujimu, sebab wanita sepantaran kau yang mirip denganmu ialah fiktif, hanya akan kutemui bilamana terjebak di negeri dongeng.