Dia Tentang Cinta

febriani nuraizah
Chapter #2

1. Murid Baru

Matahari enggan menampilkan wajahnya dari ufuk timur di pagi ini, padahal waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh.

Fani dan Raka berjalana di koridor sekolah bersama. Baru saja kemarin mereka jadian namun rasanya sudah seperti sebulan mereka menjalani hubungan itu. Kata orang benar, jika seseorang yang telah merasakan jatuh cinta maka ia akan seperti orang gila, tersenyum sendiri tanpa ada alasan yang kuat dan suka melamun karena dibayangi akan sosok orang yang dicintainya.

Fani dulu pernah merasakan itu, tapi sekarang sudah tidak lagi karena orang yang dicintainya itu kini akan selalu di sampingnya. Menemani tidurnya melalui sebuah mimpi, dan melihat fotonya ketika sedang rindu.

Kini mereka sudah sampai di kelas. Menjadi sebuah keberuntungan lagi bagi mereka karena berada di kelas yang sama, hanya saja tempat duduknya yang beda. Fani duduk dengan Kesha, sahabat kecilnya, dan Raka yang duduk dengan Aldo, temannya.

Tak henti-hentinya Kesha menggoda Fani sampai gadis itu merasa geli sendiri. Kesha, Fani dan Farrel adalah sahabat sejak dan samapi sekarang masih bertahan dan mampu menjaga kekompakkan, meskipun sulit sekali untuk menjaga semua itu. Bukan karena orang keempat, tetapi orangtua Fani sendiri yang ingin merusak persahabatan mereka sejak kejadian lima tahun yang lalu. Tapi Fani tidak akan menyerah, ia akan tetap mempertahankan persahabatan mereka, meskipun secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Mama, Papa dan Rana, adiknya.

Tidak lama obrolan mereka berhenti saat Pak Irwan guru Matematika yang mengajar di jam pertama kelas mereka sudah datang.

"Selamat pagi anak-anak?" Sapa beliau dengan tawa yang renyah.

"Pagi pak." Jawab murid-murid serempak.

"Sudah sarapan?"

"Sudah."

"Yaudah kalau gitu, berarti kalian sudah siap untuk memulai pelajaran."

Seketika itu, murid-murid yang awalnya semangat langsung lemas tergantikan oleh rasa malasnya untuk mengikuti pelajaran yang penuh angka itu. Pak Irwan yang melihat berubahnya ekspresi dan keceriaan murid kelas 12-C itu hanya mampu geleng-geleng kepala.

"Oke. Sebelum kita memulai pelajaran pada pagi hari ini, saya akan memperkenalkan murid baru yang akan menempat di kelas kalian," terang Pak Irwan. selanjutnya beralih menoleh ke arah pintu kelas, "kamu, Silahkan masuk!" Perintah Pak Irwan pada seorang laki-laki yang berdiri di luar. Mendapat intruksi dari Pak Irwan, lelaki tersebut masuk ke dalam kelas.

"Kenalkan diri kamu di depan mereka!" intruksi Pak Irwan saat lelaki itu telah berdiri di sampingnya. Semua anak-anak berorak kegirangan karena di kelas mereka kedatangan murid baru yang tak kalah kerennya dari Farrel dan Raka ; putih, tinggi, sedikit berisi, keren dan banyak orang menganggap mereka berdua ganteng. Namun semua julukkan itu juga akan berlaku pada Bryan hanya saja tubuh Bryan terlihat tinggi dan kurus.

Lelaki itu menatap ke depan, menatapi teman barunya satu persatu, selanjutnya, "hai, nama gue Bryan Bachtiar, kalian bisa manggil gue dengan nama Bryan. gue pindahan dari Bandung. Gue murid yang cerdas, pintar. Hati-hati kesaing sama gue dan gu-"

"Sudah, cukup!" Pak Irwan langsung momotong ucapan Bryan. "Perkenalanya di lanjut nanti, di jam istirahat. Sekarang kamu silahkan duduk, satu bangku dengan Farrel." Tatapan Bryan mengikuti arah tangan Pak Irwan yang menunjuk ke arah salah satu bangku yang kosong. Setelah itu, Bryan hanya mengangguk, kemudian berlalu pergi mengahampiri seseorang yang tengah duduk sendirian.

Setelah memastikan kalau Bryan telah duduk di bangku sesuai perintahnya, Pak Irwan langsung memulai pelajarannya.

Lihat selengkapnya