Tidak kusangka, menggantikan pekerjaan istri begini melelahkan.
Dimulai dari membersihkan kamar mandi, menyikat dan menguras airnya. Lalu mencuci perkakas dapur bekas sarapan pagi. Lanjut menggebas kasur, merapikan bantal dan sprei. Membersihkan meja, kursi, bufet, jendela. Rentetan hal-hal kecil yang tak pernah ku perhitungkan selama ini ternyata banyak juga.
Diakhiri dengan mengepel seluruh ruangan di dalam rumah. Luar biasa aku berhasil menyelesaikan semua ini. Rasanya lelah, lelah bukan buatan! Ku baringkan diri di sofa, melepas penat, meregangkan badan. Pasti lebih nyaman jika di kasur yang lebih luas dan empuk. Tetapi aku sedang ingin hasil kerjaku tetap nampak bagus sampai Naila pulang dari kegiatan PKK.
Tadinya hanya lelah saja yang kurasakan, lalu perlahan satu persatu anggota badan mengeluhkan kondisinya. Pegal-pegal, kram, linu, kesemutan. Dan yang terakhir, mata terasa berat hingga membawaku ke alam mimpi.
"Assalamualaikum," salam Naila membangunkanku.
Kulirik jam di dinding. Sudah setengah jam berlalu sejak aku merebahkan diri tadi. Aku bangun dan beranjak membukakan pintu.
"Wa alaikum salam warohmatullah."
Begitu pintu terbuka, nampak Naila dengan setelan hijau muda membalut dirinya. Saat berangkat tadi aku tak begitu memerhatikan penampilannya. Dia begitu manis memakai warna itu, warna favoritku.
Krrrooookkk.... kruukkk...
Suara perutku yang kelaparan. Rupanya baru sekarang melaporkan kondisinya pasca kerja bakti tadi.
Naila terkekeh kecil seraya mengangkat bungkusan yang dibawanya.