Di balai desa ramai warga yang berkerumun. Martinah dan Rusmini menjadi tontonan warga. Tidak tahu apa yang terjadi. Keduanya bingung. Bisik-bisik terdengar di antara banyak orang yang ada di tempat itu.
Bapak kepala desa didampingi oleh seorang pria kekar mendekati Rusmini dan Martinah yang berdiri ketakutan di tengah sorot mata menghakimi. Bapak kepala desa meminta si pria kekar berbicara. Rusmini menebak, pria kekar itu adalah ketua garnisun, kepala komando, atau apa pun namanya. Rusmini yakin, pria kekar itu terlibat dalam kematian Anggoro.
Si pria kekar memperkenalkan dirinya bagai ayah Waluyo. Rusmini melirik Waluyo sekilas, tetapi masih menundukan pandangannya. Ayahnya Waluyo meminta keterangan dari Rusmini dan Martinah. Dia ingin tahu informasi yang pernah keduanya dengar tentang Anggoro.
Martinah mendongak, menatap marah si pria kekar. Martinah mengaku dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang pria itu bicarakan. Informasi macam apa yang mereka inginkan. Bila berhubungan dengan Anggoro, mestinya keluarga Anggoro yang berada di sana untuk ditanya-tanya, bukan malah dia dan Rusmini yang bukan siapa-siapa.
Si pria kekar berkata, kecurigaan timnya bukan pada keluarga Anggoro. Justru pada Rusmini. Rusmini adalah kekasih Anggoro. Rusmini bisa jadi menerima informasi atau cerita tentang pekerjaan sampingan yang Anggoro lakukan.
Rusmini ikut menengadah. Tatapannya tajam, penuh amarah tertahan. Dia tidak pernah mendengar sesuatu yang seperti itu. Si pria kekar salah telah menangkap Rusmini dan Martinah. Rusmini tidak bisa memberikan informasi apa pun yang mereka harapkan sebab memang tidak merasa mengetahui sesuatu.
Waluyo mendekati Rusmini. Dengan suara yang terkesan mendukung Rusmini, Waluyo meminta Rusmini mengaku.
Sontak Rusmini menoleh pada Waluyo. Kemarahan Rusmini memuncak, pengakuan bodoh yang orang-orang itu inginkan takkan mereka dapatkan dari Rusmini. Dia tidak akan mengatakan apa pun, meski nyawa taruhannya. Rusmini benar-benar ditelan oleh kemarahan, terlintas kembali nasib yang menimpa Anggoro sore kemarin. Belum juga bayangan kematian Anggoro memudar, orang-orang justru memfitnah Anggoro dengan tuduhan yang begitu keji.
Martinah bicara lagi. Dia bertanya, apa sebenarnya yang pria kekar itu cari. Apa pula yang mereka harapkan. Apa kesalahan yang dituduhkan pada Anggoro, sehingga Martinah dan Rusmini dianggap terlibat dengan semua yang tidak keduanya mengerti.
Bapak kepala desa yang menjawab, Anggoro dituduh dengan kurir barang terlarang, sabu-sabu. Anggoro dicurigai telah melakukan kegiatan itu selama bertahun-tahun, tetapi baru terlacak sekitar dua bulan terakhir. Kepala desa mendesak Rusmini untuk mengakui, dengan begitu, Rusmini akan dianggap membantu proses hukum yang berlaku dan kemudian akan dibebaskan. Rusmini tidak akan dituduh terlibat dengan aktivitas meresahkan dan merugikan masyarakat yang dilakukan oleh Anggoro.