Setelah kejadian di balai desa, Rusmini dan Martinah tidak pergi ke luar rumah, selain ke warung membeli kebutuhan harian saja. Mereka juga tidak berjualan ke pasar. Martinah sesungguhnya ingin tahu apakah Rusmini jujur tentang pengakuannya tempo hari. Namun, Martinah takut mendengar kebenaran lain yang mungkin akan diungkapkan oleh Rusmini.
Martinah tidak meragukan kejujuran dan sifat keras kepala yang dimiliki oleh Rusmini. Dalam hati, Martinah ingin tahu apakah Rusmini benar-benar tidak tahu tentang aktivitas meresahkan yang dituduhkan pada Anggoro. Martinah ingin bertanya pada putrinya, tetapi setiap kali melihat Rusmini yang diam tanpa ekspresi, keraguan kembali mendekapnya.
Martinah tak sanggup membayangkan berapa hancurnya perasaan Rusmini. Martinah teringat ketika dia memberi tahu Rusmini tentang kematian Anggoro. Kediaman Rusmini ternyata menyimpan luka itu, entah mengapa Rusmini memilih merahasiakannya sampai dipaksa mengakui oleh Waluyo dan orang-orang di balai desa. Begitu banyak pertanyaan yang menjejali kepala Martinah, sampai kepalanya berat dan sakit. Martinah pun tidak keluar dari kamar, kecuali untuk memasak, mencuci, makan, lalu dia masuk kamar lagi. Tem ok penghalang antara Martinah dan Rusmini sungguhlah tinggi. Keduanya sama-sama tidak ingin bicara. Keduanya punya alasan masing-masing. Namun, saling bicara bukanlah hal mereka pikir akan berakhir dengan kebaikan di antara mereka.
Pada hari kelima pertapaan ibu dan anak itu, di waktu siang terik setelah azan Zuhur, terdengar suara orang mengetuk pintu. Martinah segera membukakan pintu untuk tamunya. Dia telah menunggu sang tamu sejak pagi.
Dua hari sebelumnya, Martinah menitip pesan pada tetangga. Dia ingin bertemu si rentenir yang telah meminjamkan uang. Sekaligus, Martinah hendak mengembalikannya. Si rentenir itu seorang wanita separuh baya. Dia bukan orang Jawa. Si rentenir adalah perantauan dari Sumatera yang menetap di Yogya dan sekitarnya. Para rentenir yang berkeliling di pasar pun kebanyakan bukan penduduk asli setempat. Si rentenir itu ditemani oleh seorang laki-laki yang merupakan penjaga pribadi.
Rusmini tidak ikut menemui rentenir itu, tetapi dia menguping dari dekat pintu kamarnya.
Martinah menyilakan tamunya duduk, tetapi wanita itu menolak dengan alasan sedang buru-buru hendak ke tempat lain. Martinah kemudian menyerahkan uang yang dipinjam, dia berjanji akan membayar bunganya bulan depan. Martinah pun mengajukan keringanan pembayaran sebab uang itu belum sampai dipakai.
Si rentenir yang sedikit iba akhirnya menyetujui memberikan potongan sedikit dari bunga yang telah disepakati. Si rentenir sempat memandang seluruh ruangan dari tempatnya berdiri. Tidak tampak keberadaan Rusmini. Desas-desus di luar sana mengatakan Rusmini adalah perempuan bermasalah karena memiliki calon suami pengedar narkoba. Si rentenir memiliki kecurigaan yang sama bahwa Rusmini mustahil tidak mengetahui tindak-tanduk Anggoro dan apa saja yang dilakukannya. Bukan tidak mungkin Rusmini sengaja menutup-nutupi kebenaran karena takut akan dieksekusi seperti Anggoro.