Dia yang Tanpa Nama

Yayuk Yuke Neza
Chapter #6

Kadang-kadang Manusia tak Punya Pilihan

Waluyo melihat Rusmini mendekat seraya mengayuh sepedanya yang usang itu. Suara derit gesekan rantai yang suaranya semakin nyaring di telinga Waluyo. Tiga anggota garnisun yang bersama Waluyo pun menoleh ke arah datangnya Rusmini. Waluyo tersenyum kecil, lebih mirip seringai menjengkelkan.

Waluyo menyebut nama Rusmini ketika gadis itu tepat sampai di sampingnya. Rusmini berhenti, tetapi tidak menoleh. Tatapan gadis itu tetap lurus menatap ke depan.

Dada Rusmini bergemuruh, berdentam-dentam. Seolah-olah ada genderang yang ditabuh dalam dada Rusmini. Dia seperti bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang tak beraturan. Kemudian, Rusmini mendengar Waluyo bertanya ke mana tujuan gadis itu.

Rusmini terpaksa menoleh ke samping. Tersisa Waluyo seorang. Tiga laki-laki yang lain sudah pergi, tampak mereka berjalan menjauh dari Waluyo. Rusmini menjawab hendak membeli sesuatu di toko sembako Madura di pasar. Dalam hati, Rusmini rasanya ingin menantang apakah Waluyo juga akan menghabisinya seperti Anggoro. Namun, Rusmini menelan kembali semua kata-kata yang mengganjal di ujung lidahnya.

Tanpa diduga, Waluyo menawarkan diri untuk mengantar Rusmini. Gadis itu tidak percaya dengan ucapan laki-laki di depannya. Rusmini menolak, mengaku bisa pergi sendiri. Masih teringat jelas dalam ingatan Rusmini, bagaimana cara Waluyo dan ayahnya mempermalukan Rusmini dan Martinah di balai desa. Kebaikan Waluyo justru terasa janggal dan sulit dipercaya. Waluyo meyakinkan Rusmini bahwa dia ingin mengantar tanpa bermaksud buruk.

Siapa yang akan percaya! Rusmini hampir tertawa. Dia menggeleng, kemudian kembali mengayuh sepedanya. Waluyo mengejar. Dia berhasil menahan dan menarik boncengan sepeda Rusmini. Waluyo bersikukuh ingin mengantar. Waluyo berkata, Rusmini tetap bisa naik sepedanya tanpa mengayuh dengan dua kali. Sementara Waluyo berjalan di sisi Rusmini.

Waluyo pun mengaku ada sesuatu yang ingin dia katakan. Sesuatu yang tidak dapat dikatakannya saat ada sang ayah. Waluyo menyebut nama Jarwo, tanpa memanggil ayah atau bapak di depan Rusmini.

Rusmini tidak bertanya mengapa demikian. Mengapa Waluyo hanya mengatakan nama ayahnya adalah Jarwo. Setelah itu, Waluyo mengulangi nama itu, seakan-akan Jarwo sekadar teman ngopi semata, bukan ayah Waluyo. Namun, Rusmini diam saja. Dia tidak hendak berkomentar atau sekadar terlihat menerima kehadiran Waluyo.

Lihat selengkapnya