Selang dua minggu setelah acara pertemuan keluarga, pernikahan pun dilangsungkan. Kala pertemuan itu, Jarwo sudah membawa seorang kiai yang dianggap tetua untuk dimintai tolong mencarikan hari baik. Oleh karena hasil hitungan menurut hari lahir Rusmini dan Waluyo cocok dan ada tanggal terdekat yaitu selang dua minggu setelah pertemuan keluarga. Seperti yang Jarwo katakan, dia tidak ingin menggelar pesta. Martinah pun terpaksa setuju karena tidak ada uang untuk melakukannya. Bahkan, utang bunganya masih separuh, baru terbayar sebagian saja.
Proses ijab dilakukan di musala dekat rumah Martinah, kemudian dia mengundang beberapa tetangga untuk makan bersama dan membantu memasak di acara selamatan. Selesai sudah. Rusmini telah resmi menikah dengan Waluyo.
Di malam pernikahan keduanya. Waluyo ragu-ragu masuk ke kamar Rusmini. Sementara Rusmini pun ketakutan setengah mati. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya terlebih dulu. Sekilas, Rusmini teringat kembali pada mendiang Anggoro yang hampir menjadi suaminya. Namun, pria yang telah meminangnya justru orang yang baru Rusmini kenal. Bahkan, Rusmini merasa tidak benar-benar mengenal Waluyo. Namun, menikahi dengan Waluyo terasa seperti jalan keluar dari masalah, jalan keluar dari kemiskinan, jalan keluar dari sangkut-paut namanya dengan mendiang Anggoro. Rusmini berharap, dengan menikah, dia tidak dicap sebagai calon istri gali oleh orang-orang.
Karena kebingungan, Rusmini duduk di tepi tempat tidur. Waluyo duduk agak jauh di sisi lain. Keduanya tidak saling bicara. Sementara orang-orang di ruang tamu sudah mulai sepi. Hanya tersisa dua ibu-ibu yang masih mencuci piring di dapur. Jam dinding menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
Rusmini tiba-tiba mendengar helaan napas Waluyo. Dia bertanya, apa yang harus dilakukannya. Rusmini menganggap, barangkali Waluyo sudah pernah bersama perempuan lain sebelum dirinya. Kemungkinan itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena Waluyo adalah anak Jarwo. Dalam bayangan Rusmini, Waluyo adalah sosok pria yang berkecukupan harta. Memang demikian adanya dulu ketika sang ibu masih memegang sebagian gaji Jarwo, setelah sang ibu meninggal Waluyo hanya mendapat uang untuk bertahan hidup. Waluyo memikirkan apa yang hendak dilakukannya nanti setelah menikah agar dia tampak bekerja dan punya penghasilan sendiri untuk mencukupi kebutuhan Rusmini. Waluyo tidak bodoh, dia tahu harus bertanggung jawab dan menulis kehidupan yang baru dengan Rusmini. Dia masih memikirkannya dan belum menemukan jawaban yang tepat. Pikiran Waluyo yang tak tentu, membuatnya juga tampak bingung. Sama kikuknya dengan Rusmini.
Rusmini menggeser duduknya agar menghadap Waluyo. Di dapur, suara tetangga yang mencuci piring sudah takada lagi. Waluyo menyadari kebingungan istrinya. Dia menoleh, lalu menyuruh Rusmini tidur. Besok siang, dia akan mengajak Rusmini ke rumah warisan Waluyo. Rusmini tersentak sesaat. Dia tidak membantah.