Desa Gori terletak di kaki bukit, ada aliran sungai mata air murni di tepi desa. Orang-orang yang tinggal di desa biasa mengambil air, mandi, dan mencuci di sungai. Jamban atau kamar mandi belum umum dimiliki oleh tiap-tiap rumah penduduk. Sejatinya Waluyo juga orang baru di Desa Gori, tetapi dia pura-pura sudah mengenal wilayah itu. Waluyo tidak ingin Rusmini mengira dia sama butanya tentang Desa Gori. Waluyo pun tidak jujur tentang asal-usul kepemilikan rumah yang mereka tempati itu. Waluyo pikir, Rusmini tidak perlu tahu, dan tidak penting untuk dibahas olehnya.
Ketika keduanya datang, rumah sudah dalam keadaan bersih dan siap huni. Tinggal diisi oleh perabot saja, kursi ruang tamu belum punya. Di dapur pun hanya ada beberapa peralatan masak yang dibeli dadakan oleh Jarwo untuk keperluan anak dan menantunya. Jarwo tidak paham apa saja yang penting untuk urusan dapur, maka dia menyuruh bawahannya belanja sekadarnya.
Tidak terasa seminggu sudah Waluyo dan Rusmini tinggal bersama. Mereka masih kerap merasa canggung, tetapi keduanya berusaha menutup-nutupi dan bersikap biasa. Rusmini yang sejak kecil terlatih dengan pekerjaan rumah, tidak kaget lagi ketika harus mengurusi kebutuhan Waluyo. Rusmini pandai memasak, bahkan membuat berbagai macam masakan yang berbumbu ruwet dan banyak. Beruntung, Waluyo tidak pernah protes tentang pekerjaan Rusmini. Ketika waktunya makan, dia makan. Sesekali Waluyo pergi ke luar rumah, berkeliling, dan berjalan-jalan di antara rumah-rumah tetangga. Kadang Rusmini ingin ikut, agar dia juga mengenal orang lain di sekitarnya, tetapi Waluyo berkata lebih baik sang istri di rumah. Nanti akan ada waktunya Rusmini juga boleh keluar-keluar seperti Waluyo.
Di satu siang, terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Rupanya, Waluyo meminjam motor, entah milik siapa. Dia berkata hendak mengajak Rusmini menengok Martinah. Rusmini yang terlalu senang, tiba-tiba mencium tangan suaminya lalu pergi bersiap. Waluyo termenung sesaat ketikan melihat tingkah istrinya yang seperti anak kecil. Dia belum pernah melihat Rusmini segembira itu.
Tak berselang lama, Rusmini muncul lagi dari dalam kamar. Dia berganti pakaian dengan memakai jubah dan kerudung. Tangan Rusmini membawa jaket, yang kemudian diberikan kepada Waluyo. Rusmini meminta Waluyo memakai jaket agar tidak kedinginan ketika di jalan, apalagi bila pulangnya sore atau malam. Udara di jalan tidak baik untuk badan, bisa masuk angin.
Waluyo menerima jaket dari tangan Rusmini. Saat memakainya, dia tersenyum tipis, malu-malu. Hatinya berbunga-bunga. Seolah-olah ada sesuatu yang kembali menghampirinya, yaitu kehangatan dan perhatian seseorang yang pernah hilang sepeninggal sang ibu. Waluyo segera berbalik lalu berjalan keluar rumah untuk menghindari tatapan Rusmini. Dia tidak ingin tertangkap basah tengah tersipu malu.
Rusmini mengekori suaminya keluar rumah, lantas mengunci pintu. Rusmini bertanya, apakah tidak keberatan seandainya dia imgin membelikan oleh-oleh untuk Martinah. Barangkali jeruk setengah kilo. Rusmini lupa kapan terakhir kali dia makan buah. Biasanya di rumah tetangga yang kaya raya ketika syukuran, atau ketika diberi oleh tetangga yang pulang dari liburan tahunan. Pernah juga Rusmini mendapat oleh-oleh buah dari ibu guru RT sebelah yang kebetulan pulang dari widya wisata melewati depan rumah Martinah.