Suasana di rumah Martinah sunyi sepi. Tiga orang yang ada di rumah itu tidak saling bertegur sapa. Martinah mencurigai kepergian Waluyo, di malam setelah kematian Kero. Begitu pun Rusmini. Sementara Waluyo merasa tak perlu menjelaskan apa pun pada wanita-wanita yang berprasangka buruk padanya.
Hari itu siang terik. Matahari seolah-olah meledek hawa panas yang memanggang seisi rumah Martinah. Pagi hari sebelumnya, Waluyo tiba di rumah tepat ketika azan Subuh berkumandang. Martinah sudah bangun kala suara langkah kaki Waluyo terdengar mendekat ke halaman. Martinah segera membuka pintu ketika ada yang mengetuk sembari memanggil-manggil nama Rusmini.
Di dalam rumah, Rusmini sudah terjaga, tetapi dia belum turun dari tempat tidur. Martinah tidak menanyakan apa-apa pada menantunya. Dia berbalik setelah membuka kunci pintu yang hanya berupa kayu yang cara pakainya disandarkan untuk mengganjal daun pintu. Waluyo tentu saja menyadari sikap dingin Martinah. Namun, dia memilih diam. Sengaja, Waluyo tak hendak mengatakan apa pun atau sekadar menambahkan alibi.
Setibanya Waluyo langsung menuju kamar. Rusmini bangkit, lalu menyalami sang suami. Akan tetapi, tiada basa-basi yang muncul di antara keduanya. Rusmini sesaat kemudian meninggalkan Waluyo. Rusmini pergi ke jamban di belakang rumah. Rusmini membersihkan diri, sekalian mengambil wudu. Dia salat Subuh sendiri seperti biasanya.
Waluyo tidur meringkuk menghadap dinding kayu. Selama menikah dengan Rusmini, Waluyo belum pernah menjadi imam. Dia bisa salat, tetapi tidak terbiasa melakukannya. Sebenarnya, muncul rasa malu setiap kali melihat Rusmini salat sendiri, tetapi Waluyo tidak berani mengimami, takut apabila salah-salah bacaan. Nanti Waluyo bisa lebih malu lagi. Celakanya, sebelum menikahi, Waluyo tidak memikirkan bahwa Rusmini rajin salat. Terang saja demikian, setelah menikah barulah Waluyo menyadari bahwa Tejo semasa hidupnya pantas dan layak mendapat julukan guru ngaji terbaik di Desa Dawan. Waluyo pun kerap memperhatikan gerak-gerik Martinah.
Sang mertua, yang sehari-hari tidak pernah terlihat memakai kerudung, nyatanya rajin salat. Martinah pun pandai mengaji, menurut orang-orang yang mengenalnya. Meski, Waluyo belum pernah mendapati Martinah mengaji.