Dia yang Tanpa Nama

Yayuk Yuke Neza
Chapter #20

Prasangka-prasangka

Siti duduk termenung di bale bambu depan rumahnya. Pikirannya mengawang jauh. Dia memikirkan apa yang terjadi setelah lewat tujuh hari nanti, setelah orang-orang tidak datang lagi ke rumah. Kemudian orang-orang akan sibuk dengan kehidupan mereka kembali, sementara Siti hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya.

Putra kedua Siti pun sangat terpukul, sehingga tidak mau berlama-lama di rumah. Si putra kedua memutuskan kembali ke kecamatan untuk bekerja. Siti tidak dapat menahan putranya itu, yang menurutnya sudah besar dan lebih baik punya kehidupan sendiri. Mungkin dengan begitu, masa depannya nanti lebih baik dibandingkan Anggoro atau si bungsu.

Siti tidak bisa menangis. Luka yang ada di dadanya begitu menyakitkan, tetapi air mata Siti seolah-olah kering. Tidak pula dia meraung atau mengeluh. Orang-orang yang datang berbela sungkawa bergunjing miring karena perilaku aneh Siti. Tanpa orang-orang itu pahami, Siti sudah setengah gila. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk bertahan hidup, untuk menguatkan dirinya dan anak-anak yang tersisa. 

Dunia Siti telah runtuh seketika itu. Aib buruk menempel di dahinya, seolah-olah dia punya cap yang membuat orang-orang menganggap Siti sangat tidak beruntung. Nasib sial tidak hanya sekali menghampirinya, setelah kematian Anggoro, disusul oleh Kero. Siti tidak mengerti kehidupan apa yang telah dijalaninya selama ini, atau dosa apa yang harus ditebusnya. Siti pilu, mati rasa. 

Tiba-tiba Siti teringat pada Rusmini. Siti mengutuk keberadaan Rusmini, seketika merasa semua yang terjadi karena Rusmini. Siti curiga Rusmini terlibat dalam eksekusi Kero. Bukan tidak mungkin Rusmini sakit hati akibat dituduh bersekongkol dengan Anggoro, sampai diseret-seret ke balai desa. Lantas tiba-tiba Rusmini menikah dengan Waluyo. Waluyo si anak komandan garnisun. Siti bukan tidak suka pada hubungan mereka, tetapi pernikahan itu sungguh aneh dan tidak masuk akal. Mereka berdua tidak kenal. Siti tahu Rusmini tidak pernah keluar rumah, selain berjualan. Siti curiga, Rusmini pun sengaja melenyapkan Anggoro supaya bisa menikah dengan Waluyo. 

Masuk akal seandainya Rusmini lebih memilih menikah dengan Waluyo. Waluyo anak Jarwo. Siapa yang tidak tergiur menikah dengan anak komandan? Sementara Anggoro bukan siapa-siapa. Hanya buruh serabutan. Anggoro tidak punya apa-apa untuk menandingi seorang Waluyo. Siti tiba-tiba menjadi bertambah benci pada Rusmini. Siti memandang Rusmini dengan sudut jijik dan kesal.

Lihat selengkapnya