Dia yang Tanpa Nama

Yayuk Yuke Neza
Chapter #23

Kabar-kabar yang Ditunggu

Dua hari setelah malam di mana Waluyo pulang dalam keadaan lebam-lebam, Rusmini terus menemani suaminya. Sehari sebelumnya Waluyo demam tinggi, ketika tidur menggeram-geram seperti menahan sakit. Rusmini terus terjaga sepanjang malam karena takut terjadi sesuatu yang lebih buruk dibanding muntah darah. Seumur-umur, Rusmini belum pernah mengurusi orang sakit berat, apalagi sakit karena luka dalam. Rusmini tidak tahu harus melakukan apa selain siaga dan menemani. Dia berjaga-jaga barangkali Waluyo menyuruhnya atau memintanya melakukan sesuatu. Rusmini pun membelikan obat bubuk pereda sakit kepala seperti yang Waluyo minta. Hanya obat warung itulah yang menjadi penawar sakit.

Karena tidak cukup istirahat, badan Rusmini pun terasa remuk. Dia kelelahan, kurang tidur, dan kurang asupan makanan. Pagi hari itu dia mengukus ubi jalar yang dibelinya entah kapan, dia lupa. Dia biasa membeli ubi untuk beberapa hari agar tidak selalu pergi-pergi ke luar rumah. Rusmini tidak tahu mengapa ada perasaan takut ketika terlalu lama berada di luar rumah. Terlebih lagi ketika tidak ada Waluyo bersamanya. Rusmini takut bertemu orang jahat karena dia penduduk baru di Desa Gori. Apabila bertemu tetangga, Rusmini pun tidak banyak bicara. 

Tiba-tiba Waluyo terjaga. Dia melihat Rusmini bersandar di kepala dipan sambil melamun. Waluyo mengejutkan Rusmini dengan cara memanggilnya. Rusmini sigap merespons, pura-pura tersenyum lalu bertanya apakah Waluyo ingin sesuatu. Saat itu juga, Rusmini mengambil segelas air yang sengaja disiapkan di dekat tempat tidur. Bagian atas lemari kayu yang yang kosong beralih fungsi menjadi meja sementara. Rusmini menaruh ceret air dan sepiring ubi kukus, biar tidak harus bolak-balik pergi ke dapur bila ingin mengganjal perut. 

Waluyo bertanya, mengapa Rusmini terlihat sedih. Rusmini kuyu dan seperti orang tidak mandi berhari-hari. Waluyo baru menyadari hal itu. Kemarin-kemarin Waluyo jarang di rumah, jadi tidak terlalu memperhatikan penampilan Rusmini. 

Rusmini mengangguk takut-takut. Dia mengaku kurang enak badan, mungkin kelelahan saja ucapnya. Dia tak hendak menambah beban pikiran Waluyo. Waluyo mengerti. Dia kemudian bertanya, apakah sang istri ingin pergi periksa ke dokter. Apabila benar, Waluyo bersedia mengantarkan. Hanya saja, Waluyo tidak ingin ikut diperiksa. Seperti yang Waluyo akui, dia merasa cukup sehat dan membaik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai kondisinya.

Diam-diam Waluyo berharap Rusmini tengah mengandung. Namun, dia tidak mengatakannya karena dipikir-pikir rasanya terlalu cepat. Mereka baru genap tiga nunggu menikah. Waluyo tersenyum sendiri, walaupun terdengar mustahil dan tidak masuk akal, dia tetap senang dengan harapan yang muncul di kepalanya. Waluyo mencoba bangun dari tidur, lalu menerima gelas yang Rusmini berikan. Waluyo minum sebanyak yang dia sanggup, lalu meminta sepotong ubi. Waluyo menawari Rusmini untuk makan bersama, tetapi Rusmini menolak. 

Waluyo akhirnya mengalah. Dia menyuruh Rusmini mencari tumpangan yang bisa mereka sewa untuk mengantar ke puskesmas. Jarak rumah dan puskesmas harus melewati dua desa lain. Tidak terlalu jauh, tetapi mustahil mereka pergi berjalan kaki. Terlebih, Waluyo tidak ingin Rusmini jatuh sakit atau dia juga nanti yang kerepotan. Waluyo bertanya lagi, memastikan apakah Rusmini bisa berjalan keluar lalu mencari tumpangan yang dibicarakan tempo hari. Waluyo tidak tahu siapa yang Rusmini maksud kenalan di warung. 

Lihat selengkapnya