Waluyo memutuskan tidak jadi beristirahat. Ketika Jarwo hendak berbalik pergi, Waluyo bertanya di mana motor bapaknya. Jarwo berkata motornya sedang diisi bahan bakar oleh bawahannya. Dia tadi berboncengan dengan salah satu anggota garnisun. Waluyo minta dibonceng juga. Bonceng bertiga tidak masalah.
Jarwo mengangguk setuju. Dia meminta Waluyo cepat bersiap.
Waluyo bergegas masuk rumah. Dia mengambil tas selempangnya. Tak lupa Waluyo mengenakan jaket kulit. Badannya masih belum bugar sepenuhnya, tetapi apa hendak mau dikata, banyak pekerjaan menunggu diselesaikan. Sebelum keluar rumah, Waluyo menyempatkan minum air langsung dari ceret. Dia mengamati sekilas rumahnya yang kosong, entah mengapa perasaannya ada yang mengganjal. Kemudian Waluyo keluar pintu. Tak lupa dia menguncinya agar tidak ada orang masuk.
Bertepatan ketika Waluyo muncul, suara motor berhenti di depan halaman rumah. Waluyo melihat Gun bertengger di atas motor. Jarwo menghampiri Gun, diikuti oleh Waluyo. Mereka naik motor bertiga menuju tempat aman yang dimaksud oleh Jarwo. Waluyo bersyukur dia meminta bantuan Jarwo menangani para pesaing yang selalu merecoki operasi penjualan Waluyo. Semenjak kematian Anggoro, rasanya tidak pernah habis pula masalah-masalah di lapangan. Belakangan Waluyo pun mendengar kabar bahwa ada orang yang berusaha merekrut Kero.
Kero diajak menjual sabu-sabu. Selain imbalan uang, Kero juga dipancing akan diberi tahu tentang siapa pembunuh Anggoro. Masuk akal apabila Kero tergoda dengan pancingan semacam itu, Kero itu bodoh. Dia tidak bisa berpikir panjang tentang sebab akibat yang harus dihadapinya. Jarwo yang mengetahui keterlibatan Kero, langsung menghabisi nyawa Kero. Tidak ada ampun untuk sindikat narkoba lain yang berusaha menyaingin Waluyo.
Jarwo awalnya tidak senang ketika mengetahui anaknya adalah bandar narkoba, tetapi setelah dipikir-pikir begitu lebih baik. Dan ketika mengetahui bahwa Waluyo bisa menghasilkan cukup banyak uang dari sana, Jarwo tidak melakukan apa-apa untuk mencegah putranya. Dia cenderung membiarkan. Sekali lagi, Jarwo melakukan kebodohan dengan mendiamkan semua tingkah laku Waluyo, di saat dia sebenarnya bisa menasihati. Kasih sayang Jarwo keliru dalam perbuatannya. Dia malah melindungi putranya. Diam-diam, Jarwo pun senang Waluyo akhirnya mengakui semua kelakuannya di luar sana.
Beberapa malam setelah pernikahan Rusmini dan Waluyo kala itu, Waluyo pergi menemui Jarwo. Waluyo mengakui semua perbuatannya. Waluyo adalah orang yang mempekerjakan Anggoro dengan imbalan upah besar. Waluyo berhasil meyakinkan Anggoro bahwa bekerja sebagai kurir sabu-sabu adalah cara cepat mendapatkan uang. Terlebih, Anggoro tidak sengaja menceritakan kesulitannya mengumpulkan uang, di saat hari pernikahannya kian dekat.
Anggoro bekerja selama kurang lebih dua bulan. Menjelang hari pernikahan tiba, Anggoro menjadi serakah. Dia mau mengambil jatah kurir lain, dengan alasan Anggoro lebih dapat diandalkan. Sementara kurir lain pernah ditangkap dan diinterogasi oleh warga karena dicurigai berkeliaran tidak jelas di desa orang.
Anggoro juga menuntut upah lebih banyak. Bahkan, Anggoro mengancam akan melaporkan Waluyo ke pihak berwajib. Anggoro tentu tidak tahu bila Waluyo adalah anak dari Jarwo. Oleh karena itu, Anggoro berani lancang dan kurang ajar.