Waluyo dimakamkan di pemakaman umum dekat kompleks rumah dinas Jarwo. Setelah pemakaman, Rusmini langsung minta diantar pulang ke rumah Martinah. Jarwo pun menuruti permintaan menantunya. Jarwo menyadari kesedihan Rusmini.
Sebelum pulang, Jarwo memberikan sejumlah uang pada Rusmini untuk biaya tahlilan dan hajatan peringatan kematian. Namun, Jarwo tidak memaksa seandainya Rusmini tidak melakukannya. Jarwo tetap memberikan uang sebagai tanggung jawab sebagai ayah mertua. Jarwo pun berpesan agar Rusmini mengabari seandainya membutuhkan sesuatu. Tentang rumah di Desa Gori, Jarwo belum ingin membicarakannya dalam waktu dekat. Masih banyak hal yang harus Jarwo urus setelah kematian Waluyo yang menyesakkan.
Rusmini tidak banyak bicara karena dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Di telinganya terus terngiang-ngiang ucapan Gun yang mengatakan Waluyo adalah seorang bandar narkoba. Rusmini bingung, pikirannya kacau. Selama ini, justru Anggoro yang dituduh menjadi kurir narkoba. Meski Rusmini tidak percaya pada tuduhan itu sama sekali, tetapi berita tentang keburukan Anggoro menyebar ke seluruh desa. Sampai-sampai Rusmini dan Martinah dituduh bersekongkol dengan Anggoro.
Waluyo adalah orang yang menyeret Rusmini ke balai desa kala itu. Rusmini tidak mungkin lupa seperti apa rasanya dipermalukan di depan warga dan perangkat desa.
Rusmini manghalau pikirannya yang semrawut. Dia menerima uang yang diberikan oleh Jarwo. Mau tak mau, dia membutuhkan uang itu untuk bertahan hidup sementara. Masalah nanti dia akan melakukan apa untuk menyambung nyawanya, biarlah jadi urusan nanti. Rusmini berpamitan pada Jarwo. Dia tetap salim layaknya sikap hormat menantu pada mertuanya. Rusmini menahan tangisnya kala itu, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa semua dapat terjadi.
Ketika keluar rumah, Rusmini melihat Gun duduk di antara garnisun lain. Mereka tampak tengah beristirahat. Wajah-wajah lelah mereka begitu kentara. Rusmini berniat bicara dengan Gun. Gun barangkali tahu lebih banyak, tetapi waktunya tidak tepat.
Gun menyadari dirinya tengah diperhatikan. Dia menoleh, lalu tersenyum pada Rusmini. Rusmini membalas senyum. Ya, Rusmini bertekad mencari cara untuk bicara dengan Gun. Rusmini akan memikirkan itu nanti. Dia harus pulang lebih dulu.
Di luar rumah dinas Jarwo, tamu masih berdatangan. Mereka orang-orang kaya, berpakaian rapi, sebagian besar tampak berseragam tentara, polisi, ada pula yang memakai baju putih-putih khas tenaga medis. Rusmini tidak mengenali satu pun dari orang-orang itu. Seketika Rusmini sadar bahwa dunia Waluyo berbeda dengan Rusmini. Selama dalam pernikahan, Rusmini tidak pernah punya gagasan tentang semua itu. Kehidupan Rusmini dan Waluyo tidak sama. Selamanya akan begitu. Sebaik apa pun, semudah apa pun, tidak mungkin dapat menghapus jurang pemisah yang sejak awal sudah ada di antara dia dan suaminya.