Desa Dawan kembali gempar ketika berita kematian Waluyo menyebar. Kejadiannya disangkutpautkan dengan perilaku mengerikan yang dilakukan oleh Jarwo dan anak buahnya. Bukannya mengamankan desa, mereka malah bertindak seperti preman yang menakut-nakuti warga. Ada pula desas-desus yang mengatakan para anggota garnisun itu menarik pajak atau pungutan liar di pasar. Namun, warga yang menjadi korban tidak berani buka suara. Mereka takut mati konyol seperti Anggoro dan Kero.
Kematian dua orang itu dianggap tidak wajar pula oleh sebagian warga. Desa Dawan sungguhlah jauh dari kata aman dan nyaman. Justru makin lama makin mencekam. Orang-orang pun jadi malas keluar rumah, takut berpapasan dengan para garnisun, terlebih takut pada Jarwo.
Rusmini tentu saja dianggap menjadi orang yang ikut bertanggung jawab atas nasib malang para pria yang punya hubungan dengan Rusmini. Mulanya Anggoro, Waluyo, dan calon mertuanya yaitu Kero. Rusmini diibaratkan sebagai simbol sebuah malapetaka.
Siti yang kadung benci dan dendam mengambil kesempatan atas situasi yang menyudutkan posisi Rusmini. Siti menghasut orang-orang agar mereka tidak beramah-tamah dengan Rusmini dan Martinah. Siti menyebarkan gagasan jahat agar orang-orang menjauhi Martinah dan Rusmini.
Dua wanita yang tinggal satu rumah itu lebih baik dikucilkan saja. Tidak ada gunanya menampung mereka di Desa Dawan. Siti terus menceritakan tuduhan jahatnya kepada setiap orang yang bertemu dengannya ketika berjualan sayur keliling. Bara api dalam dadanya begitu membara. Siti berani mempertaruhkan nyawanya demi bisa menyingkirkan Martinah dan Rusmini. Ditambah, kemalangan yang menimpa Rusmini bisa menjadi bukti tambahan agar fitnah yang djalankan oleh Siti tampak sangat nyata. Siti bahkan tidak lagi takut seandainya harus berhadapan dengan Jarwo yang hendak membela menantunya. Bila mati adalah akhir dari hidupnya, Siti tidak takut. Yang utama baginya adalah membalas kematian Anggoro dan Kero. Siti sudah benar-benar buta oleh prasangka yang telah menjalar di sekujur tubuhnya.
Orang-orang desa yang kebanyakan tidak sekolah dan tidak bisa berpikir jernih sangat mudah terhasut. Mereka mudah percaya pada isu-isu, terlebih Rusmini memang kerap ditimpa kemalangan. Atau barangkali benar, Rusmini adalah sebab dari kemalangan yang menaungi Desa Dawan.
Benih-benih kebencian yang disebarkan oleh Siti mulai meracuni tetangga yang tinggal di sekitar rumah Martinah.
Pada hari peringatan tujuh hari meninggalnya Waluyo, Rusmini mengadakan tahlilan dengan mengundanng tetangga dan imam mushala yang jaraknya hanya tiga rumah dari rumah Martinah.
Sore itu, si imam menunggu jamaah berkumpul sejak Magrib sampai menjelang Isya, tetapi hanya enam orang yang datang. Padahal, undangan secara lisan yang disampaikan tertuju untuk dua puluh kepala keluarga. Martinah malah membuat nasi lebih karena takut kurang.