Dia yang Tanpa Nama

Yayuk Yuke Neza
Chapter #37

Lari Terus, Lari

Kemarahan warga tidak dapat dihindari. Apalagi setelah beredar kabar bahwa garnisun dapat dibeli. Mereka tidak lebih dari orang-orang tamak yang mudah disuap dan disuruh apa saja.

Siti gencar membisikan sesuatu yang lebih buruk dari yang sebenarnya terjadi. Siti tidak peduli apa yang akan menimpa Jarwo dan para garnisun yang lain. Siang itu, warga akhirnya tersulut. Warga terprovokasi oleh hasutan Siti.

Para pria warga desa mendadak punya gagasan untuk mengusir para garnisun. Tepat siang hari setelah Zuhur, mereka berkumpul di salah satu rumah RW. Mereka sesungguhnya tidak punya rencana matang, hanya emosi saja yang menguasai otak. Darah telanjur mendidih dan naik ke kepala. Mereka pun sudah jengah sekali mendapati kesewanang-wenangan para garnisun. Orang-orang berseragam itu rasa-rasanya tidak lebih baik dari preman. Malah lebih buruk dari preman sebab preman tidak membawa senjata api ke mana-mana. Preman biasanya menggertak dan menakut-nakuti semata. Preman tidak main bunuh sana-sini.

Warga benar-benar menganggap para garnisun yang berkeliaran itu justru menyebar teror. Tidak ada gunanya sama sekali untuk warga. Para garnisun sendiri yang menyebabkan ketakutan di desa-desa. Warga tidak mau lagi berbaik hati menerima para garnisun yang bertugas. Warga sepakat melancarkan protes dan pengusiran, meski kurang persiapan. Warga hanya berbekal tekad dan tidak takut mati.

Ajakan untuk mengusir garnisun disambut sukacita oleh sebagian besar warga yang mendengar rencana itu. Dalam sekejap, massa yang berkumpul begitu banyak. Mereka membawa senjata seadanya. Tak lupa mereka membawa berkantong-kantong kain berisi batu.

Salah seorang pemuda mengatakan bahwa melempari batu dapat memecah konsentrasi garnisun agar mereka tidak menembakan senjata ke arah warga. Warga kemudian berangkat menuju pos garnisun. Saat hampir sampai balai desa, warga melihat keberadaan Jarwo. Jarwo tampak berdiri menghadang, tetapi warga tidak menghiraukannya sama sekali. Justru warga berlari mengejar, hendak menangkap Jarwo yang sedikit terlambat menyadari warga tengah memburunya.

Jarwo lari tunggang-langgang. Jarwo berhasil naik ke teras pos, tetapi warga yang siap menyerang langsung melempari para garnisun dan pos dengan batu yang sudah disiapkan. Jarwo dan para anggota garnisun yang berjaga langsung berlari kocar-kacir ke berbagai arah. Sebagian warga mengejar para garnisun, sebagian lagi mengobrak-abrik pos. Tidak tahu siapa yang memulai lebih dulu, tiba-tiba saja ada yang menyiramkan minyak tanah ke dinding kayu. Kejadiannya begitu cepat. Dalam sekejap, api berkobar-kobar. Pos yang hanya terbuat dari kayu itu hangus. Hanya butuh beberapa menit, api melahap semuanya. Atap pos roboh. Orang-orang Desa Dawan bersorak-sorai penuh kemenangan.

Lihat selengkapnya