Dia yang Tanpa Nama

Yayuk Yuke Neza
Chapter #38

Pertemuan-pertemuan Itu

Martinah mencecar Rusmini, dia curiga putrinya terlibat serta punya andil dalam kerusuhan yang terjadi. Martinah tidak senang dengan sikap Rusmini yang diam dan tidak mau berterus terang padanya. Rusmini seperti bukan Rusmini. Akibat kerusuhan tempo hari, keadaan desa jadi semakin mengerikan. Para warga berjaga-jaga, mereka terus berkeliling. Para wanita dan anak-anak tidak berani keluar rumah karena takut diringkus oleh kelompok garnisun susulan yang datang karena anggota kelompok mereka telah diserang oleh warga. Martinah ingin Rusmini bicara, setidaknya berbohong pun mungkin lebih baik. Martinah ingin tahu bahwa Rusmini tidak terlibat apa pun atas kejadian itu.

Sayangnya, Rusmini malah membisu. Sikap Rusmini menimbulkan kecurigaan yang lebih besar. Martinah jadi yakin bahwa Rusmini adalah dalang dari semua yang menimpa para garnisun. Martinah berteriak frustrasi. Dia mengamuk, marah.

Martinah teringat kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh Jarwo. Martinah memaki-maki Rusmini. Martinah mengatakan semua yang Jarwo ucapkan ketika dia memberikan bantuan untuk Rusmini. Jarwo sudah begitu baik pada Rusmini, bahkan menyatakan dia siap membantu Rusmini demi anak yang masih dalam kandungan itu. Martinah benar-benar geram. Dia mengutuk Rusmini sebagai anak yang tidak tahu diri, tidak tahu untung. Rusmini harusnya bisa berdamai dengan semua yang terjadi padanya. Lagi pula tidak ada yang tahu bahwa anak yang ada dalam kandungan Rusmini adalah anak haram Anggoro. Rusmini sungguh membuat Martinah tidak tahan lagi.

Tinggal terima kebaikan Jarwo. Selesai. Rusmini bisa hidup enak, nyaman, terjamin. Bahkan, Martinah pun mendengar carik desa sempat ditanya-tanya oleh Jarwo tentang tata cara balik nama sertifikat tanah. Orang-orang pun mendengar kabar itu. Jarwo ingin mengganti sertifikat tanah entah atas nama siapa. Orang-orang menduga, Jarwo mau memberikan rumah di Desa Gori pada Rusmini dan anaknya. Bagaimana bila dugaan itu benar? Bagaimana? Sudah tidak ada gunanya lagi gagasan itu. Rusmini tidak punya kuasa apa-apa atas warisan dan harta yang dimiliki oleh Waluyo, apalagi Jarwo. Anak dalan kandungan itulah satu-satunya yang bisa menyelamatkan dan memperbaiki nasib Rusmini. Namun, semua terlambat.

Jarwo mati. Sore hari setelah kerususan dua hari sebelumnya, Jarwo berhasil ditangkap oleh warga. Setelah puas digebuki, Jarwo dimasukkan ke dalam karung goni besar. Jarwo yang masih hidup digelundungkan ke sungai besar yang membelah perbatasan Desa Dawan dengan tepi hutan jati.

Martinah ngeri membayangkannya. Mengapa warga punya pikiran sekeji itu. Padahal, Jarwo bukan anjing, dia manusia, tetapi diperlakukan seperti binatang.

Rusmini mendadak kelu. Dia tidak mengira bahwa Jarwo telah menolong nyawanya. Rusmini merosot terduduk ke tanah. Kakinya lemah. Dia tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Dia menangis. Hatinya mendadak sakit dan ngilu. Rusmini tidak menyangka bahwa Jarwo ternyata baik padanya. Rusmini teringat ucapan Jarwo yang mengatakan dia juga korban dari kebohongan Waluyo. Jarwo tidak tahu Waluyo memiliki operasi narkoba. Rusmini menyesal. Dia begitu menyesal.

Telinga Rusmini berdengung, seolah-olah ada lebah yang berkerumun di sekelilingnya. Dia tidak bisa mendengar lagi suara Martinah. Pandangan Rusmini menjadi gelap. Sekejap kemudian dia hilang kesadaran. Rusmini tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.

Lihat selengkapnya