"Jadi ini, wanita yang ingin kamu kenalkan pada Ibu, Juan?" tanya seorang wanita setengah tua dengan wajah angkuhnya memandan perempuan sederhana di hadapannya yang sedang dikenalkan oleh pemuda tampan berkemeja biru kotak itu dengan sangat rendah. Baginya, perempuan itu tidak masuk kriteria yang dia inginkan, berpakaian lusuh, berpenampilan biasa saja tanpa ada barang branded yang menyangkut di seluruh tubuh gadis itu.
"Iya, Bu, ini kekasihku. Namanya Pearl, dan Pearl ini Ibuku," sahut Juan sambil mengenalkan satu sama lainnya. Wajahnya begitu bahagia bisa memenuhi janji pada ibunya.
"Halo tante, kenalkan aku Pearl," ujar wanita langsing dan seksi mengulurkan tangan. Wajah cantiknya terlihat sangat jelas dan berseri. Namun dia terlihat lugu dan polos.
Tetapi wanita itu justru tidak suka menerima ajakan bersalaman Pearl. Dia menampik tangan Pearl dengan kasar hingga tangan gadis itu kemerahan. "Aku gak sudi tanganmu menyentuh tanganku!" bentak wanita itu menyilangkan tangannya. "Jangan harap aku akan menerima kamu sebagai menantuku di rumah ini!"
Pearl menarik tangannya kembali, mengelus-elus bagian yang terasa sakit. "Sayang, kamu gak apa-apa?" tanya Juan kuatir, Pearl mengangguk dengan terpaksa walau sebenarnya dia kesakitan. "Bu, Ibu apa-apaan sih?" protes Juan sedikit membentak.
"Kamu yang apa-apaan? Kamu ini dokter, harapan satu-satunya di keluarga ini. Tapi malah mau berhubungan dengan perempuan miskin dan kampungan kayak begini pada Ibu?" Suara wanita itu tak kalah meninggi. Menatap rendah Pearl dari ujung rambut hingga ujung kaki. Juan bertambah kesal mendengar kalimat yang terlontar dari mulut wanita yang melahirkan dan membesarkannya itu. "Itu sama saja ingin membunuh Ibu dan adikmu pelan-pelan, Juan!" Walau Pearl sudah berdandan cantik seperti Juan mau, tetap saja wanita tua itu tidak bisa menyukai Pearl.
"Bu, mari kita bicara sebentar di dalam!" ajak Juan menarik tangan Ibunya ke ruangan lain. Pemuda itu sudah tidak bisa menahan amarahnya pada wanita yang telah melahirkannya itu.
Pearl terlihat bingung, lalu dia duduk di sofa sambil menunggu Juan yang mengobrol dengan ibunya. "Apa Ibunya Juan tidak suka padaku? Ekspresinya seperti orang yang membenciku," bisiknya membatin. Dia terlihat gelisah, takut Juan tidak bisa membujuk ibunya tentang hubungan mereka. "Apa karena aku tidak cantik dan berdandan seperti wanita kampungan?"
"Apa-apaan kamu, Juan?" bentak wanita itu, menghempaskan tangan Juan dari lengannya yang menggenggam sangat erat dan menyakitinya. "Hanya karena perempuan kampungan itu kamu berani berbuat kasar pada Ibumu sendiri?"
"Bu ... Ibu dengar dulu penjelasan aku!" kata Juan ingin agar ibunya tenang dan tidak berisik.
"Penjelasan apa lagi?" Nada suaranya masih saja meninggi karena kesal oleh anak laki-lakinya itu. "Ibu gak mau mendengar penjelasan apapun lagi, kalau kamu ingin memaksa Ibu buat terima perempuan itu masuk ke dalam keluarga kita, Juan!"