Dia Yang Tidak Mencintaiku

Kamalsyah Indra
Chapter #11

Dia yang Tak Pernah Datang Menjenguk

Peige dan Pearl mendapatkan perawatan intensif. Selama perawatan Juan tidak pernah sekalipun menjenguk Pearl, bahkan dia sedang mengabaikan dan membuang Pearl secara pelan-pelan. Bahkan, dia sudah berani jalan berdua dengan Andrea di umum.

Pearl merasa kesepian, sudah 4 hari pasca operasi Juan tidak kunjung menjenguknya. Bahkan, chat dia untuk Juan pun tidak pernah dibalas. Hanya di baca saja. "Juan, kamj di mana? Kenapa tidak pernah sekalipun kamj menjenguk atau sekedar membalas pesanku?" bisik batin Pearl resah. Dia hanya bisa menatap layar ponsel dan berharap Juan membalas pesannya.

Walau keadaannya sudah semakin pulih, namun rasa nyeri kadang datang menghampirinya. Dia juga tidak berani pergi jauh dari rumah sakit itu. "Selamat pagi, Pearl." Wajah penuh senyum masuk ke ruangan Pearl. Laki-laki berkacamata terlihat jauh lebih bahagia, semenjak Pearl dinyatakan hidup kembali senyuman di bibir Harry tak pernah berhenti tersenyum.

Pearl menoleh, sayangnya bukan orang yang dia harapkan. Perempuan itu hanya tersenyum, kemudian kembali melengos. Helaan napas beratnya membuat beban sedikit berkurang. "Bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya dokter Harry.

"Baik, dok. Bahkan jauh lebih sehat dari sebelumnya."

"Bagus! Itu kemajuan." Dokter Harry memasang testokop yang selalu dia gantungkan di lehernya. "Bisa kau berbaring sebentar, aku ingin mengecek bekas jahitannya," pinta dokter Harry. Pearl menuruti tanpa bantahan. Laki-laki tampan berprofesi sebagai dokter itu mulai memeriksa ringan di bagian pernafasan, lalu denyut nadi dan yang terakhir bagian mata serta mulutnya.

"Maaf, bisakah kamu mengangkat bajumu sedikit?" tanya dokter Harry. Pearl sedikit canggung, walau sudah sering diperiksa, tetapi perempuan itu menganggap dokter Harry bukan pasangannya. Sedikit demi sedikit Pearl mengangkat bajunya hingga sebatas bawah dada.

Wajahnya merah, begitu juga dengan dokter Harry. Wajahnya sangat panas dan merah, kulit putih bersih terpampang oleh kedua matanya. "Ya Tuhan, kenapa kulit perut Pearl begitu mempesona? Halus, putih dan bersih," bisik batinnya.

"Dok, bisakah Anda memeriksanya sekarang?" tanya Pearl membuyarkan lamunan dokter Harry.

"Aah ... maaf, baik, saya akan memulai pemeriksaannya!" Dia terlihat gugup saat memegang bagian bawah baju Pearl. Tanpa disengaja tangannya menyentuh tangan Pearl. Jantungnya kian berdegup kencang. Pearl menyadari, lalu dia menghindar sentuhan tangan Harry yang dia pikir sengaja dilakukan. "Sial! Apa yang sudah aku lakukan, seharusnya aku memeriksa bekas jahitan operasi Pearl. Tapi aku malah menyentuh jari-jarinya," bisiknya merasa bersalah. Sesekali dia melirik ke Pearl, sayangnya gadis itu tidak membalas tatapannya.

"Apa-apaan dokter Harry? Kenapa dia sengaja memegang jari jemariku? Apa dia sadar dengan apa yang dilakukan? Dan apa dia juga sadar bahwa aku adalah ostri dari sahabatnya?" keluh Pearl membatin. Dia merasa jijik saat sentuhan lembut jari-jari dokter Harry menyentuh bahkan dia mengelus jari-jarinya.

"Sudah kuperiksa semua!" kata Dokter Harry melepaskan testokop dari telingannya.

"Bagaimana dengan bekas jahitan operasiku, dok?"

"Sudah membaik, kemungkin 5 hari lagi Anda bisa pulang," jelas dokter Harry menuliskan resep obat untuk diminum selanjutnya.

"Baguslah!" kata Pearl sedikit senang, namun masih ada ekspresi sedih di raut wajahnya. Dokter Harry menyadari apa yang Pearl pikirkan saat ini. Sudah beberapa hari pasca operasi Juan tidak datang mengunjui Pearl di rumah sakit. Padahal, laki-laki itu beberapa kali mengunjungi Peige yang dirawat di ruangan berbeda.

Lihat selengkapnya