Dia Yang Tidak Mencintaiku

Kamalsyah Indra
Chapter #15

Pearl Dan Malaikat Maut.

Harry langsung menggotong tubuh Pearl yang berlumur darah. Tak ada harapan untuknya, detak jantung yang tak berdegup, nadi yang tak berdenyut. Hidup Pearl sudah tamat.

Namun, ada satu sosok yang berdiri dan melihat Harry membawa tubuh Pearl. Sedari tadi dia melihat laki-laki itu memeluk dan menangisi kematian gadis malang itu. Bahkan, tangisannya jauh lebih merasa kehilangan dibanding sikap Juan yang suaminya.

"Ayo sayang, kita pergi!" ajak Andrea menarik lengan Juan. Mata laki-laki itu masih saja menatap Harry yang berlari ke tempat mobilnya terparkir. Lalu, senyum itu menyeringai.

"Akhirnya, aku jadi orang yang sangat kaya tanpa harus bersusah payah!" pikir Juan membayangkan kemewahan harta dan hidup Pearl yang seluruhnya jatuh ke tangan Juan. Sosok transparan itu bingung, kepada siapa dia harus melangkah.

"Tunggu! Jangan pergi!!" teriaknya, tak ada satupun yang mendengar teriakan itu, baik Harry maupun Juan.

Lalu dia beralih ke arah Harry yang membawa yang tak lain tubuhnya sendiri. Namun, langkahnya terhenti. Dia menoleh. Sosok laki-laki berbadan besar dengan setelan jas berwarna hitam dan sayap hitam legam di belakang tubuhnya sudah sedari tadi berada di hadapan Pearl.

"K-kau?"

"Tempatmu bukan di sini! Ayo ikut aku dan pergi dari dunia fana ini," ajak laki-laki asing itu. Pearl menahannya, dia masih tidak ingin pergi dari dunia. Masih ada yang harus dia selesaikan di dunia ini.

"Tidak bisa! Aku harus kembali ke tubuhku!" bantah Pearl, dia menepis tangan laki-laki bersayap hitam itu. Pearl lari setelah berhasil melepas genggaman tangan laki-laki misterius dan bermimik wajah sangat datar.

"Dasar mahluk keras kepala!" Tak lama laki-laki itu menghilang dalam hitungan menit.

Kaki Pearl terus berlari menyusul Harry.

Sementara itu Harry membawa ke ruang operasi, dia menyuruh dua orang suster memasangÄ·an alat medis untuk Pearl, dan sebisa mungkin dia menolong perempuan itu. Walau harapannya sangat kecil. Dia menjahit luka di kepala Pearl yang terbuka. Tubuh dan pakaiannya berlumur darah. Raut wajah laki-laki itu tampak serius, namun terlihat cemas sekaligus sedih.

Setelah selesai, namun tak ada tanda-tanda perempuan itu akan sadar. Grafik di kardiografik tidak menunjukan perubahan, hanya garis lurus yang terlihat di layar kardiografik. Harry semakin cemas.

"Suster ... cepat ambilkan alat kejut jantung!" Perintah Harry menjadi semakin ketakutan, seolah di tidak mau kehilangan.

Tak lama Pearl masuk, dia melihat perjuangan Harry terhadap tubuhnya. "Harry?" Matanya menatap bingung ke arah laki-laki itu. Pearl, tidak percaya Harry mau melakukan itu pada tubuhnya. Padahal dia sempat membenci Harry ketika menjelek-jelekkan Juan. Tapi sekarang, yang dia lihat justru Harry yang menolongnya.

"Ayo bangun, Pearl ... ayo bangun! Kamu bilang mau balas dendam, kenapa sekarang malah tidur?" teriak Harry di tengah heningnya ruang operasi. Dua orang suster hanya diam melihat dokter Harry yang tak menyerah menyelamatkan nyawa Pearl. Namun, nyatanya semua itu tidak mungkin lagi untuk Pearl hidup.

"AYO BANGUN, PEARL! JANGAN JADI PENGECUT!!" Semakin lama dia frustasi. Wanita cinta pertama sekaligus paling dia cintai tidak kunjung bernapas, kesabarannya mulai hilang terkikis oleh waktu yang terbuang sia-sia.

Lihat selengkapnya