DIADEM

Al Szi
Chapter #4

EMPAT

Edlyn mendengus heran dengan tingkah gadis muda tetangganya yang aneh itu. Selain ia sangat menyukai preman desa yang jelas sekali sedang mempermainkannya, ia juga seringkali kedapatan mengintipnya sedang bekerja. Tetapi sesungguhnya gadis itu amat terampil, ia bisa dengan mudah mengajarkan macam-macam kerajinan padanya dan gadis itu mempelajari dengan cepat, gadis itu juga sangat manis, dan polos. Dengan kepolosannya yang berlebihan dia bisa menjadi sangat naif dan sedikit tolol. Terkadang Edlyn tidak tahu apakah ia benar-benar menyukainya atau hanya merasa iba.

Seharian ini gadis itu membicarakan tentang diadem yang wujudnya seperti hantu, gaib. Tidak ada keterangan yang bisa membantu mereka menemukan diademnya. Dan Fellona menghabiskan sisa harinya dengan mengoceh tentang bentuk diadem yang mungkin dimiliki Puan Ratu. Namun hari ini suasana hatinya sangat baik, ia bahkan mengajak pelanggan berbincang seru, masih tentang diadem.

Edlyn agak terkejut karena besarnya animo penduduk desa terhadap diadem yang tak pernah diketahui wujudnya itu. Menurut pengamatannya mendengarkan setiap perbincangan Fellona dan pelanggannya, semua orang sedang kalang kabut mencari diadem itu. Tidak ada yang bersusah payah berpikir bahwa kemungkinan besar ada pencuri di antara mereka semua dan itu mengerikan, mereka hanya ingin menjadi bangsawan.

Dan Fellona sangat menginginkannya karena Paolo berjanji akan menikahinya jika gadis itu menemukan diadem Puan Ratu. Lelaki macam apa yang ingin menikahinya namun mengajukan syarat seperti itu? Edlyn ingin sekali bertanya padanya, apakah mereka akan tetap menikah walau pun diadem itu tidak pernah ditemukan atau bahkan ditemukan orang lain? Tetapi melihat wajah sumringah gadis polos itu, ia tidak tega. Lagi pula ia mendadak jadi gadis yang terbuka pada pelanggan dan itu menyenangkan hati pelanggan. Ia melupakan sejenak bahwa ia tidak memiliki teman satu pun karena rumor tolol cinta monyet masa lalu.

Ketika ia sedang menghancurkan keramik-keramik warna-warni bekas di atas mejanya dengan palu dan keramik-keramik itu dibungkus kain, suaminya, Ainsley, masuk dari pintu belakang. Ia sudah menghilangkan bau api dan minyaknya yang tersisa dari penempaan, mandi dengan sabun mandi yang ia buat dari minyak bekas dan daun-daunan wangi.

Ia memang selalu membuat apa saja yang bisa ia buat. Bukan hanya karena ia pandai membuat sesuatu, tetapi karena mereka juga harus menghemat. Sabun harum yang dibelinya di alun-alun menghabiskan banyak uang yang bisa ia gunakan untuk membeli tali-tali dari kulit sapi. Dengan membuat sabun sendiri, ia cukup meminta minyak bekas dari tetangga dan mengumpulkan bunga-bunga dan daun wangi di halaman belakang. Sebelum dibuat ia bisa memasukkan arang bekas kompor tungkunya ke dalam minyak. Bahan-bahannya bisa didapatkan gratis dan soda api tambahannya bisa dengan murah ia dapatkan.

Hari ini, sekali lagi suaminya membawa kabar bahwa mereka harus segera membayar utang yang dipinjam dari tempat Ainsley bekerja. Itu artinya penjualan hari ini hanya cukup untuk membeli roti sisa di toko roti untuk seharian besok. Sementara gaji suaminya yang tidak seberapa itu mereka tabung untuk membayar sewa tanah yang semakin hari sepertinya semakin mahal.

“Mungkin seharusnya aku juga pergi saja mencari diadem?” Ainsley tertawa sambil duduk di sebelah Edlyn, ia menyisir rambutnya yang basah dengan jemarinya.

“Kau pasti bergurau.” Edlyn mendengus dan meneruskan pekerjaannya menempel-nempel serpihan keramik ke pinggiran bingkai dari ranting-ranting kayu.

“Tentu saja,” Ainsley bersandar di kursinya. “Aku tidak punya waktu untuk mempertaruhkan waktuku demi sesuatu yang tidak terlihat.”

Mereka saling melempar senyum sementara Ainsley mulai mengambil sepotong kayu, pisau kikir, dan amplas. Edlyn bangkit dari kursinya dan mendekati fonograf tua, warisan turun-temurun dari keluarganya dengan hanya satu piringan hitam. Mereka tidak memiliki banyak uang untuk sekedar menambah koleksi piringan hitam, warisan ini lah satu-satunya barang berharga yang ada di rumahnya, dan mereka tidak ada niatan untuk menjualnya. Musik membuat mereka tenang dan menikmati waktu-waktu saat mereka saling duduk berhadapan dan bekerja bersama.

Sunday is gloomy

My hours are slumberless

Dearest the shadows

I live with are numberless

Edlyn kembali duduk di hadapan suaminya yang kini sedang mengukir kayu untuk gagang pisau. Terkadang suaminya membuat kotak perhiasan atau kotak cerutu yang dijualnya di alun-alun bersama perhiasannya yang lain. Edlyn bisa menjual gagang pisau kayu dan kotak perhiasan dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhiasan-perhiasan lainnya. Namun, pengerjaan kayu memakan waktu lebih lama, ia tidak bisa menjualnya setiap saat.

“Apakah gadis itu akan terus mengintip sampai selesai?” tiba-tiba Ainsley berdeham dan sedikit bergerak dalam duduknya.

Edlyn mengangkat wajahnya sedikit, pura-pura mencari sesuatu di atas meja sementara matanya sesekali menatap ke luar jendela sekilas. Ia bisa melihat bayangan Fellona yang masih mengintip dari jendela kamarnya dan ia pun tertawa.

“Gadis itu sangat manis dan polos, aku menyayanginya. Dia hanya membutuhkan teman.” Ungkap Edlyn.

Lalu ia menceritakan apa yang terjadi di alun-alun tentang Fellona dan semua orang yang membicarakan dan berusaha mencari diadem. Ainsley tertawa sesekali dan menceritakan bagaimana semua orang di tempat penempaan membicarakan topik yang sama seperti di alun-alun. Bahkan beberapa rekannya mulai mengaduk-aduk drum penuh minyak, berharap pencurinya menyembunyikannya di dalam sana.

“Kasihan sekali mereka.” Edlyn bergumam.

“Ya, kasihan sekali.” Suaminya setuju dan mereka kembali bekerja sampai tengah malam sambil memutar musik dari piringan hitam yang sama berkali-kali.

Kehidupan normal semua orang seakan berubah sejak pengumuman itu beredar seminggu yang lalu. Penjaga istana, Garde, kini berkeliaran di sekitar desa untuk melakukan berbagai penyelidikan, menanyai semua orang apakah ada yang pernah melihat seseorang dengan barang yang mewah? Apakah ada yang tiba-tiba pergi dari desa dan tidak kembali sampai saat ini? Apakah ada orang di desanya yang tiba-tiba kembali dan menjadi kaya? Apakah ada orang di desanya yang tiba-tiba jadi kaya?

Semua orang ingin menjawabnya walau tidak ada yang bisa memberikan keterangan lebih lanjut selain; “Kami tidak pernah mengetahui ada yang seperti itu.” Mereka hanya ingin terlihat penting berbicara dengan Garde di pinggir jalan, di alun-alun, bahkan mereka menjamu Garde di rumah mereka dan bersikap penting ketika Garde keluar dan berlalu dengan kuda-kuda gagahnya.

Suatu malam, Edlyn dan Ainsley menghadiri pertemuan Desa. Setiap satu bulan sekali, desa kecil mereka mengadakan sebuah pertemuan untuk membahas permasalahan desa mau pun merencanakan pekan raya untuk menarik perhatian pengembara yang sering mampir di desanya. Kali ini mereka tengah merencanakan Pekan Raya Diadem yang akan diselenggarakan terus-terusan sampai mereka menemukan diadem Puan Ratu. Pekan raya ini diselenggarakan sebagai tanda untuk mereka terus mengingat mereka memiliki kewajiban pada istana untuk menemukan diadem yang hilang.

Pekan raya akan dilaksanakan di alun-alun dan mereka akan membuat hiasan-hiasan dan bahkan gerbang masuk alun-alun yang nanti akan dibuat dari kayu-kayu dan tanaman-tanaman rambat. Setiap akhir pekan, pekan raya itu akan berlangsung sampai jam 11 malam. Mereka akan menyiapkan tiang-tiang obor dan Paolo akan menambah anggotanya pada malam hari. Dengan adanya peningkatan kegiatan ini, maka mereka membutuhkan biaya lebih banyak, maka harga sewa dan keamanan pun akan dinaikkan.

Lihat selengkapnya