Terrius menempati kastil yang baru yang lebih besar dari kastil si Paolo. Semua orang di ruangan itu menganggap pria itu berhak mendapatkan yang terbaik karena pria itulah yang menemukan diadem yang sesungguhnya. Hanya Raja yang tidak setuju dengan itu semua, karena ia tahu pria itu sama saja dengan si Paolo, penipu. Tetapi ia tidak mungkin mengatakannya, maka ia telan semuanya dan ikut berbahagia dengan yang lain.
Kematian si Paolo dirahasiakan semua orang yang menyaksikan, bahkan istrinya yang bernama Sillana pun diusir. Wanita itu tidak boleh berada di negeri yang sama, ia harus pergi ke desa di negeri jauh. Sillana itu beruntung, karena jika bukan karena Raja, ia pasti sudah berbahagia di neraka bersama suaminya. Raja, yang mulai ketakutan dengan tabiat Puan Ratu, membujuknya untuk mengusir saja istri si Paolo agar penduduk desa hanya mengira mereka berdua diusir, bukan dihukum mati. Puan Ratu setuju, karena jika rumor bahwa ia telah membunuh dua penduduk desa hanya karena satu diadem sampai ke telinga saudara-saudaranya, sudah dipastikan mereka akan menjadikan cerita itu senjata untuk menghasut orang-orang agar kerajaan mereka diambil alih kuasa.
Suasana hati Puan Ratu pun semakin membaik semenjak ia memakai diadem yang asli. Permintaan-permintaan penduduk desa dipenuhinya dengan baik, diperbaikinya jalan-jalan desa, bahkan Puan Ratu pun menyuruh Ajudan menyisihkan dana untuk memperbaiki beberapa fasilitas umum desa dan juga penginapan-penginapan. Mereka harus mendatangkan lebih banyak wisatawan dan pengembara demi mendapatkan lebih banyak uang juga lebih banyak kepercayaan penduduk desa pada kerajaan. Dan kini Puan Ratu lebih sering menyuruh Tuan Woodenfield membuatkannya perhiasan-perhiasan baru.
Semua orang di istana dan di desa semakin menyukai Puan Ratu yang murah hati dan murah senyum. Kecantikannya terpancar semakin kuat. Namun mereka tidak pernah tahu bahwa Raja khawatir setiap malam melihat tingkah istrinya. Puan Ratu memiliki kebiasaan baru; bercermin.
Istrinya bisa bercermin selama satu jam, memandangi diadem yang bertengger di atas kepalanya, sesekali mengganti bajunya hanya untuk memastikan diadem itu cocok untuk seluruh baju yang dimilikinya. Dan lalu Puan Ratu akan bernyanyi sambil menyisir rambutnya yang sehitam jelaga di depan cerminnya sebelum tidur. Hanya Raja yang merasa kelakuan Puan Ratu sudah di luar batas normal, dengan mata yang memantulkan lampu-lampu remang di kamar, mata Puan Ratu seperti api yang menyala-nyala.
Tetapi segalanya ditahannya, yang penting ia selamat. Segalanya akan baik-baik saja jika ia bungkam sampai mati.
Dan ketenangan itu bertahan sampai tiba-tiba, suatu pagi, Ajudan kembali memasuki Ruang Takhta dengan terengah. Puan Ratu mengabaikan catatan-catatan permohonan penduduk desa dan mengurut pelipisnya dengan jengkel. Sejak mereka bangun, suara-suara ribut di gerbang istana membuat mereka berdua terganggu.
“APALAGI!” Puan Ratu membentak keras.
“Yang Mulia, penduduk desa mengetahui tentang Tuan Terrius.” Ajudan itu menunduk sedalam-dalamnya.
“Lalu?” Raja menegakkan duduknya, mulai cemas.