Seorang pria tersenyum sambil bersenandung di sebuah ruangan gelap dan penuh rahasia. Ruangan itu hanya memiliki jendela kecil jauh di atas hampir mendekati rangka genteng. Penerangan yang hanya ala kadarnya dan berwarna kuning menemani tangannya yang sedang sibuk memoles sebuah diadem dari timah yang dilapisi perak. Setelah puas dengan hasil polesannya, pria itu meraih manik-manik bening menyerupai berlian yang berada di dalam kotak-kotak di atas meja kerjanya.
Gloomy is Sunday
With shadows I spend it all
My heart and I
Have decided to end it all
Dengan hati-hati ia menempelkan berlian-berlian palsu itu di atas diadem persis seperti diadem yang dibuatnya beberapa bulan yang lalu. Di sebelah kanan meja kerjanya terdapat rak yang penuh dengan diadem yang sama yang telah ia buat sejak dua minggu yang lalu. Di sebelah lain meja kerjanya terdapat meja kecil dengan fonograf yang terus memutar piringan hitam yang hanya ia miliki seumur hidupnya dan sebuah foto seorang wanita yang menatapnya dengan senyuman manis.
Ia membalas senyuman istrinya dalam foto itu dengan lembut. Ia telah bersumpah akan membalas semua perlakuan penduduk desa terhadap istrinya. Mereka telah membiarkan entitas yang paling berharga baginya mati sia-sia. Dan ia telah menghukum dirinya sendiri untuk menjadi seorang penempa seumur hidupnya, membuat diadem-diadem palsu untuk disebarkan di seluruh desa. Karena kejadian itu sebagian adalah salahnya yang pergi ketika istrinya harus menyerahkan diadem buatannya pada wanita bangsawan dari desa di negeri jauh di penginapan Watson.
Ia harus pergi. Mereka telah kehabisan bahan baku untuk membuat perhiasan, dan bahan baku yang terbaik berada di desa sebelah yang jaraknya memakan waktu tiga hari dengan kuda. Mereka memutuskan untuk membuat perhiasan dengan kualitas yang lebih baik agar dapat mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan mereka akan mendapat kehidupan yang lebih baik tanpa berutang.
Malam ketika ia menyerahkan diadem itu, mereka bekerja selama dua malam untuk memutuskan di mana saja istrinya akan menempelkan berlian palsu itu dan akhirnya menempelkannya dengan hati-hati dan rapi. Dan di hari ketika Edlyn harus menyerahkan diadem itu, ia pergi sebelum fajar datang. Ia membawa kuda milik keluarga Fellona, yang sudah dipinjamnya sejak kemarin, pergi meninggalkan desa dengan hati sangat ringan. Ia selalu percaya kemampuan istrinya membuat perhiasan suatu hari akan diakui oleh bangsawan-bangsawan.
Setelah hampir satu minggu ia menempuh perjalanan, ia kembali ke rumahnya yang lengang. Ia menurunkan barang-barangnya di beranda rumahnya namun istrinya tak kunjung keluar. Tanpa menunggu ia segera berjalan menggiring kuda kurus itu kepada pemiliknya. Pada ketukan kedua, pintu terbuka dan Fellona menyambutnya dengan tatapan kaget.
“Aku ke sini untuk mengembalikan kuda,” ujarnya ramah.
Tanpa menjawabnya atau bahkan mendengarkan kalimatnya sampai tuntas, gadis itu segera membanting pintu di depan hidungnya. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli, ia sudah sering mendengar istrinya bercerita tentang Fellona. Walau pun istrinya sangat menyukai gadis itu, tetapi Fellona ini memang sedikit mengerikan. Gadis itu sering terlihat mengintip mereka dari balik jendela rumahnya. Jadi ia pun tidak keberatan jika ia tidak harus beramah tamah dengan gadis itu.
Ketika ia kembali ke beranda rumahnya, pintu depan rumahnya tetap tertutup rapat, barang bawaannya masih teronggok terabaikan di lantai kayu. Bahkan ia tidak mendengar suara kehidupan di dalam sana. Ia mendengus kesal, mungkin istrinya tengah berjualan sendirian ke alun-alun. Dengan kuncinya sendiri ia membuka pintu kayu yang sudah kusam itu. Tetapi rumahnya tidak dikunci. Ketika ia menyenggolnya, pintu itu langsung terbuka dengan suara karat yang menyayat.
Ia memanggil-manggil Edlyn, mencarinya ke kamar dan ke dapur namun istrinya tak ada. Ketika ia mengangkut karung-karung bahan baku kerajinan Edlyn, ia membuka pintu belakang dan ia kaget karena ruangan belakang yang biasanya rapi dan hijau tanpa hama kni penuh dengan bunga-bunga dandelion, seakan-akan rumah itu sudah ditinggalkan berhari-hari. Ia menuju dapur dan melihat tungkunya mati dan dingin, tidak ada arang-arang setengah kayu yang masih baru. Ketika ia memeriksa panci di atas tungku, ia langsung terbatuk dengan baunya yang menusuk. Isi panci itu sudah penuh dengan bernga yang gemuk-gemuk, menunjukkan bahwa istrinya telah lama tidak ada di rumah.
Ia kembali ke kediaman Fellona, menggedor pintu rumah gadis itu dengan panik. Mungkin sesuatu telah terjadi. Fellona adalah gadis yang sangat dekat dengan Edlyn, pasti ia tahu sesuatu. Namun pintu itu tak dibuka untuknya.