Hari ini Gista ulang tahun.
Namun bagi Gista itu tidak ada artinya. Karena semakin dewasa, sebuah perayaan bukan hal yang harus dirayakan lagi. Semakin dewasa ternyata menyambut sebuah perayaan tidak akan seantusias dulu.
Gista berangkat kesekolah pagi-pagi sekali untuk menghindari keluarganya, selain itu karena hari ini adalah jadwal piketnya. Gista harus membersihkan kelasnya terlebih dahulu sebelum teman-teman sekelasnya datang dan malah menganggu pekerjaannya. Dilorong sekolah Gista melihat sosok berambut kucir kuda didepannya dengan jarak sekitar lima meter. Cewek itu sedikit berjongkok, mungkin mengambil barangnya yang jatuh.
Namun bukan itu yang menjadi perhatian Gista, melainkan sosok laki-laki yang diam-diam memotret tubuh cewek itu dari belakang. Gista tahu arah tujuan cowok itu, memoter bagian dalam rok abu-abu setengah paha cewek itu. Tak ingin ikut campur, Gista lanjut berjalan melewati cowok itu yang tersentak kaget melihat Gista melewatinya.
"Heh adek kelas!" panggil Rere saat Gista melewatinya. Kakak kelas Gista itu memegang jepitan ditangan kanannya yang langsung dapat Gista simpulkan, barang yang jatuh itu jepitan cewek itu.
"Apa?" Gista berbalik dan menyahut dengan berani. Senyuman miring Gista berikan pada sosok cowok dibelakang Rere, cowok itu memalingkan wajahnya dan segera pergi dari sana.
Gista kenal cowok itu.
Rere yang melihat arah tatapan Gista bukan padanya pun menatap heran adik kelasnya itu lalu berbalik kebelakang melihat arah pandang cewek itu. Namun tak ada apa-apa.
"Kenapa lo?" tanya Rere yang melihat Gista terkekah ditempatnya.
Gista mengangkat bahu tak peduli."Kayaknya lo harus hati-hati deh Kak Rere," pesan Gista menekankan kata pada penggalan nama cewek itu. Gista kemudian berbalik, tak memperdulikan Rere yang meneriaki namanya.
***
Selesai membersihkan kelas, Gista keluar dengan tangan menjinjing plastik hitam besar berisi sampah kelasnya. Cewek itu berjalan menuju gedung belakang untuk membuang sampah tersebut, disana ada banyak tumpukan sampah yang biasanya dibilah untuk didaur ulang.
Gista melempar plastik hitam besar itu lalu menepuk-nepuk tangan dan seragamnya yang sedikit kotor. Bel masuk berbunyi membuat Gista ingin berbalik dan kembali kekelas namun suara seperti ada yang terjatuh mengurunkan niatnya. Gista akhirnya mencari asal suara dengan rasa penasaran.
Saat menemukan Jefri ditembok belakang tengah menepuk-nepuk celananya dan sesekali mengumpat Gista tersenyum misterius. Ide gila muncul dikepalanya saat itu. Gista berdehem lalu mengatur ekspresi wajahnya menjadi datar. Cewek itu berjalan mendekati Jefri dengan tangan terlipat didada membuat Jefri menghentikan umpatannya dan menatap Gista dengan alis mengerut. Apa arti semua ini?
"Terlambat?" tanya Gista menatap Jefri dari atas sampai bawah.
Jefri menatap Gista aneh, cowok itu mengambil tasnya yang terjatuh tadi lalu ingin pergi dari sana."Ayo masuk, udah bel!" ajak Jefri tak menyadari situasi.
"Wait," Gista menghentikan langkah Jefri dengan satu tangannya. Kini keduanya berdiri saling berhadapan.
"Kenapa? Ayo masuk udah bel Gista, nanti kita dihukum," ujar Jefri tak habis pikir pada cewek didepannya ini.
Gista tersenyum misterius yang membuat Jefri menatapnya aneh. Gista merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sesuatu disana. Kartu pengenal. Gista memperlihatkannya pada Jefri, disana tertulis.
Nama : Gista Anastasia
Kelas : XI IPS 2
Jabatan : Wakil Ketua Osis
Jefri memejamkan matanya kesal."Shit!" Cowok itu mengumpat membuat Gista tertawa ditempatnya.
"Bukan kita, tapi lo yang bakal dihukum," ujar Gista dengan tawa puas."Jefri, ikut gue kelapangan. Lo dihukum karena terlambat dan manjat tembok belakang." Gista berjalan duluan dengan suasana hati gembira. Tanpa tahu bahwa diam-diam Jefri tersenyum tipis dibelakangnya.
***
"Harus gitu gue dihukum kayak gini?" tanya Jefri dengan tangan terangkat memberi hormat pada bendera. Matahari menyengat terik membuat bulir-bulir keringat bercucuran diwajah cowok itu."Ini hukuman klasik, Gi, sekarang udah bukan bagiannya yang kayak gini," lanjut cowok itu dengan tangan sesekali mengusap peluh didahinya.
Gista tak mendengarkan ucapan Jefri, cewek yang duduk dipinggir lapangan tepat didepan Jefri itu menatap layar ponselnya saat menerima pesan yang baru dibukanya.
Vanesa :
Selamat ulang tahun Gi,
tadi kakak mau ngucapin langsung
tpi kmu udah berangkat. Hadiahnya
udah kakak simpen dikamar kamu.
Semoga kamu suka. 06.13