Dialog Sanubari

Clairo
Chapter #11

Rooftop

Tempat itu dipenuhi oleh kertas - kertas berserakan, ditambah karena Eca malas sekali membersihkan kamarnya. Tampak Eca tengah memeriksa lembar demi lembar dari kertas itu, lalu sejenak penglihatannya beralih pada layar handphone. Ia nampak begitu bingung seperti anak ayam mencari induknya.

Tak lama dari itu handphone nya berdering, segera Eca periksa dan mencari tahu siapa yang menelponnya.

"Halo? Ca kamu sibuk ya?" Terdengar suara seorang laki-laki yang sepertinya tak asing lagi bagi Eca.

"Halo, lumayan sibuk sih. Tapi ini siapa ya?" Tanya Eca penasaran karena yang muncul di layar handphone nya hanya nomor teleponnya saja.

"Ehh iya lupa Ca, ini aku Wafa. Nomor baru hehe," ucap suara itu, yang ternyata adalah Wafa.

"Ya ampun Wafa, gue kira siapa. Ada apa Fa?"

"Enggak ada apa - apa, aku emang mau ngasih tahu nomor baru aku, sibuk apa Ca?"

"Ini gue mau ngumpulin berkas - berkas yang dibutuhin buat daftar ke universitas, tapi masih ada yang kurang belum gue fotokopi , harus dikumpulin besok lagi, bingung banget."

"Ohh gitu? Yaudah gimana kalo aku bantu kamu? Aku anter kamu ya?"

Kebingungannya kali ini bertambah karena tawaran Wafa yang ingin membantunya. Tapi ia tak punya pilihan lain karena memang tidak bisa dipungkiri saat ini Eca sedang membutuhkan bantuan Wafa. Ternyata untuk menjauhinya banyak sekali hal yang menghadang. Dan anehnya Wafa tak menyerah untuk terus mendekati Eca sekalipun perasaanya tak berbalas.

Akhirnya Eca menerima bantuan dari Wafa, Eca dan Wafa pergi ke tempat fotokopi untuk keperluan kelengkapan berkas - berkas yang akan di kumpulkan pada universitas yang telah Eca pilih di seleksi ujian kemarin. 

Motor tua ayahnya yang masih saja dipakai oleh Wafa terparkir di halaman tempat fotokopi itu lengkap dengan Wafa yang menunggui nya disana. Dengan adanya Wafa kebingungan Eca terjawab semua karena Wafa yang serba tahu perihal itu. Karena Wafa sudah mendaftar lebih dulu ke universitas swasta jadi Wafa sudah banyak tahu tentang berkas - berkas yang harus disiapkan.

Setelah selesai Eca dan Wafa kembali naik motor berdua, Eca nampak menikmati perjalanan yang lumayan singkat itu, ternyata Wafa benar - benar laki laki yang baik, pintar dan bisa diandalkan. Eca sepertinya ingin lebih lama bersama Wafa, lalu ia putuskan untuk mengajak Wafa ke tempat dimana ia dan Isli dulu sering bercerita dan menjadi tempat favorit mereka. 

"Fa, boleh gak kita ke suatu tempat dulu. Gue lagi kangen banget sama tempat itu, gue kangen Isli." Ucap Eca sedikit bernada sendu.

"Wahh boleh tuh, ternyata kamu sama Isli punya tempat rahasia?" Tanya Wafa penuh semangat.

Lihat selengkapnya