Bahagianya Resty bukan main setelah keinginannya terwujud. Bagaimana tidak? Resty sudah mendekati Bintang kurang lebih 1 tahun. Itu merupakan rekor baginya selama pendekatan dengan cowok, karena selama ini Resty suka tidak sabar. Kalau dia merasa si cowok sepertinya tidak menyukainya, dia akan segera pindah haluan. Padahal belum tentu juga si cowok tidak suka. Restynya saja yang tidak mau lama-lama berharap. Sebenarnya bagus juga mempunyai punya sikap seperti itu. Hanya jeleknya, setelah dia tidak berharap lagi dengan seorang cowok, biasanya dia akan langsung loose contact dengan cowok itu. Padahal kalau pun tidak bisa menjadi pacar, seharusnya kan masih bisa menjadi sekedar teman. Tapi memang begitulah sifat Resty. Karena dari awal dia berharap lebih dari sekedar teman dan saat harapannya tidak terwujud, dia akan kecewa dan memutuskan hubungan. Jarang ada cowok yang dekat dengannya yang awalnya statusnya ‘gebetan’ turun menjadi ‘teman’.
Selain itu dia mempunyai prinsip lain yaitu sesuka-sukanya dan sengebet-ngebetnya dengan seseorang, dia tidak akan menyatakan perasaan lebih dulu. “Bodo amat deh sama emansipasi!” katanya jika diminta nembak duluan oleh teman-temannya.
Sebenarnya Bintang bukannya tidak tahu kalau Resty menyukainya dari dulu. Siapa pun orang yang melihat, pasti tahu kalau Resty mempunyai perasaan khusus pada Bintang karena terlihat jelas dari sikapnya. Dan Resty sendiri pun tidak berusaha untuk menutupinya. Karena baginya perasaan itu harus ditunjukkan dengan caranya sendiri.
Seperti waktu itu Resty memberanikan diri menghadap Pak Kepsek, hanya untuk bertanya bagaimana keadaan Bintang yang sudah tidak masuk 4 hari. Terang saja Pak Adi -sang Kepsek yang juga ayah Bintang- bingung. Tidak biasanya ada siswi sekolahnya yang langsung bertanya padanya dan bukan mengenai masalah sekolah pula. Padahal biasanya para siswa dan siswi di sekolahnya kebanyakan menaruh segan. Ini justru bisa langsung akrab, tanpa ada rasa segan, seperti pada omnya sendiri. Namun gara-gara peristiwa itu, Resty dikenal oleh Pak Adi. Dari situlah mulanya dia menjadi akrab dengan orangtua Bintang.
Pada awalnya, Resty bukan menyukai Bintang. Melainkan dengan Tomy, sang Ketua OSIS, yang juga sobatnya Bintang. Bisa dibilang Resty jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Tomy yang memang dari dulu selalu banyak penggemarnya. Tapi itu tidak bertahan lama.
Setelah Resty tahu dari saudaranya yang juga bersekolah disitu kalau Tomy sudah mempunyai pacar, Resty mundur teratur dan mulai melirik cowok lain. Nah, lirikan itu jatuh pada cowok yang sering jalan bareng dengan Tomy (tidak jauh-jauh ya?) yaitu Bintang yang juga senior OSPEK kelas Resty di X-5. Tadinya Resty sama sekali tidak terpikir akan menyukai Bintang, walaupun dia melihat Bintang lebih dulu daripada Tomy. Tapi karena sering memperhatikan Tomy, ya... jadi tidak sengaja juga memperhatikan sebelahnya. Begitulah! Baru setelah benar-benar diperhatikan, saat Bintang berbicara di depan kelasnya, Resty merasakan binar-binar cinta di dadanya. Resty merasa kalau pembawaan Bintang itu... sangat karismatik!
Apalagi semakin kenal semakin Resty tahu kalau Bintang itu mempunyai reputasi baik di sekolah. Pintar dan berprestasi, baik, aktif, cool pembawaannya, dan yang terpenting bagi Resty, Bintang itu... JOMBLO. Dari kesemuanya itu Resty yakin kalau Bintang adalah sosok yang dicarinya selama ini. Dan dia akan berusaha untuk mendapatkan keinginannya itu.
Sebagai rencana awal pendekatan, Resty berpikir... karena Bintang adalah anak OSIS, jadi... ”Gue harus masuk OSIS juga!” begitu tekadnya. Mulailah dia mendaftar dan sebagai tugas pertama sekaligus seleksi awal, setiap anak kelas X yang ingin bergabung di OSIS, harus mengumpulkan 30 tanda tangan pengurusnya. Kesempatan itulah yang digunakan Resty. Saat meminta tanda tangan Bintang, Resty bertanya basa-basi dulu. “Kak Bintang orang Sunda, ya?” atau “Kayaknya suka olahraga ya, Kak?” atau pertanyaan-pertanyaan lain yang sebenarnya tidak penting.
Saat LDK[1] I, Resty mulai dikenal oleh pengurus OSIS termasuk Bintang dan Tomy. Resty yang memegang teguh suatu prinsip, selalu mendapat nilai bagus dalam kegiatan debat. Dan memang itu yang dicari. Sebagai pengurus OSIS memang harus mempunyai sikap tegas karena sering berdiplomasi dengan berbagai pihak saat ingin mengadakan acara, apalagi kalau event besar.
Konyolnya, setelah LDK I Resty malah mengundurkan diri. Dia merasa sudah mendapatkan tujuannya yaitu kenal dengan Bintang. Baginya itu sudah cukup. Dengan alasan mudah sakit, Resty meyakinkan kakak-kakak kelasnya kalau dia tidak bisa ikut kegiatan-kegiatan OSIS yang sering menguras tenaga itu. Ada benarnya juga sih... Itu juga yang menjadi alasan kenapa Resty tidak mendekati Bintang melalui ekskulnya yaitu badminton. Namanya juga ekskul olahraga, pasti banyak latihan fisiknya. Dan itu yang menjadi kelemahan Resty. Fisiknya lemah jadi mudah sakit kalau sedikit saja kelelahan.
Kesempatan kedua datang saat sekolah mengadakan pensi. Resty tidak menolak saat Adrian, sepupu jauhnya yang juga menjadi kakak kelasnya, mengajaknya untuk menjadi panitia. Tapi dengan syarat Resty kebagian yang ringan-ringan saja. Dia memilih seksi dokumentasi dengan alasan yah... apalagi kalau bukan karena Bintang yang menjadi koordinatornya.
Dari pensi itu Resty menjadi kenal dekat dengan Karin dan Oga, walaupun mereka semua beda seksi. Gara-garanya mereka pernah tersesat saat diminta mengambil kaos panitia di Bandung. Bayangkan saja dari jam 10 pagi sampai Bandung jam 3 sore dan baru menemukan tempatnya. Untung distronya belum tutup. Salah panitia juga sih, memberi mandat pada orang-orang yang bukan bagiannya. Hanya karena dianggap sedang tidak ada kerjaan, mereka bertiga dan 2 kakak kelas yang sama-sama tidak mengerti tempatnya, diminta pergi ke Bandung. Yaa... nyasar deh jadinya! Awalnya memang senang karena bisa jalan-jalan keluar kota. Mereka berlima menyiapkan segala sesuatu layaknya akan pergi piknik. Tapi sesampainya disana malah kehilangan semangat karena sudah lelah mencari alamat. Dan parahnya sulit menemukan alamat tersebut.
Bisa ditebak kan selanjutnya bagaimana? Resty yang doyan sakit besoknya tidak masuk sekolah. Tidak tanggung-tanggung, 3 hari hanya bisa istirahat di rumah. Selama itu juga Resty berusaha meyakinkan orang tuanya agar tidak melarangnya menjadi panitia pensi. Resty berjanji tidak akan melakukan kegiatan yang melelahkan lagi.
Hari ketiga Resty tidak masuk, panitia yang seharusnya bertanggung jawab merasa bersalah dan memutuskan untuk menjenguknya. Beberapa panitia lain juga ikut termasuk Bintang. Di rumah Resty, mereka malah membicarakan tentang pensi. Biayanyalah, dekorasinyalah, belum sponsor, dll. Akhirnya Resty mengajak mereka yang datang untuk rapat sekalian. Kebetulan dia pun sudah merasa sehat. Awalnya mau menjenguk, di rumah Resty justru jadi ramai mendadak. Panitia yang tidak hadir tapi dianggap ikut berkepentingan ditelpon satu per satu untuk datang. Disitu Resty CCP[2]-an terus dengan Bintang. Saat sela-sela pembahasan rapat, atau mengobrol santai, bahkan saat sibuk mengurus ini itu karena rapat dadakan pun, tatapannya tidak pernah lepas. Sakitnya jadi semakin berkurang.