DIALOGUE

Icha Trezna
Chapter #4

FOUR

Tidak terasa hubungan Resty dan Bintang sudah berjalan 3 bulan. Memang masih seumur jagung. Masih mesra-mesranya. Sejak kehadiran Bintang, Resty merasa hidupnya semakin berwarna. Bintang memang ‘sebuah bintang’ yang berhasil menerangi kehidupan Resty. Tidak tahu karena pengaruh cinta yang sedang mengebu-gebu atau memang benar perasaannya seperti itu, tapi dia merasa sudah menemukan belahan jiwanya. Sosok yang dicarinya selama ini semua ada pada diri Bintang. Dan karena ‘kesempurnaannya’ itulah, mata dan hatinya tertutup untuk orang lain. Hatinya telah terkunci untuk sebuah nama. Tidak ada niat ataupun keinginan sedikit pun untuk berpaling pada yang lain. Jadian dengan Bintang telah membawa pengaruh baik pada dirinya. Resty lebih ceria, lebih rajin ibadahnya, dan selalu semangat. 

Sering dia berdoa semoga Bintang memang benar jodohnya. Walaupun malu tapi Resty sering mengkhayal bagaimana nanti kalau dia menjadi Nyonya Bintang. Dan khayalannya itu tak urung membuatnya senang. Resty pun berharap kalau suatu saat nanti hal itu akan terjadi dan berharap pula agar Bintang terus menyayanginya seperti saat ini.

“Hei, kamu kemana aja? Aku cariin juga ...” Bintang menjatuhkan tangannya di pundak Resty yang sedang mengobrol dengan Gita, teman sekelasnya.

“Eh, Bintang, sorry ...” Resty menempelkan kedua tangan tanda minta maaf. “Kamu kayaknya pulang duluan aja deh, Bin, soalnya aku harus ikut pelajaran tambahan. Yaaa ... biasalah fisika,” ujar Resty malu-malu. Dia memang agak lemah dengan pelajaran yang satu itu.

“Oooh ... memangnya selesai jam berapa? Aku tungguin deh!”

“Ng ... nggak tahu. Katanya sih paling cepat jam 4. Udah Bintang pulang duluan aja. Kasian kalau nungguin, lama. Ya, Ta?”

“He-eh,” kata Gita mendukung Resty.

“Nggak apa-apa kok. Aku juga kasian kamunya. Ntar kecapean jadi sakit lagi. Pokoknya kalau udah selesai telpon aku aja ya! Aku ada di indoor sama anak-anak yang lain. Ya?” Bintang berlalu setelah mengelus kepala Resty. “Eh, kamu udah makan?” tanyanya lagi seakan takut melupakan pertanyaan wajib yang satu itu.

“Hah? Udah, eeh, belum, eh ud ... Yaa udah deh, ntar kita makan. Daaagh, Bintang!” kata Resty bingung sambil mengajak Gita ke lab sesuai dengan suruhan Pak Gito tadi.

“Waah ... sumpah ya, Res. Cowok loe tuh perhatian banget. Wow ... benar-benar Mr. Perfect,” kata Gita kagum saat mereka menuju lab.

Resty tersenyum mengiyakan. Binar-binar pesona dan bangga timbul dalam hatinya. “Iya, Ta. Gue benar-benar cewek paling beruntung. Aaah... pokoknya top deh!”

“Bintang romantis nggak, Res?”

“Banget. Kemaren pas gue ultah dia yang pertama kasih selamat malam-malam. Trus besok paginya gue dijemput sambil dia bawa kado,” kata Resty bangga.

“Kadonya apaan?”

“Kotak musik! Tahu nggak lagunya apa kalau dibuka? ADELLE, my favourite singer!”

“Hhmm ... mau dong punya cowok kayak gitu. Tapi ya Res, yang gue sukain dari gaya pacaran loe tuh walaupun mesra tapi nggak norak. Bagus, bagus! Tapi loe mesti hati-hati, Res, Bintang itu kan banyak yang nyukain. Yaa ... namanya juga cowok dimana-mana dasarnya sama, gampang kecantol sama cewek.”

“Eh, kalau itu sih gue bisa jamin, Ta,” kata Resty yakin.

“Eh, ini kan labnya. Ngapain jalan terus?” kata Gita tiba-tiba.

“Oh, ya! Loe sih ngajak ngobrol terus. Eh, Pak Gitonya udah ada tuh. Ayoo!”

Ξ

 “Res, sebenarnya ada yang mau aku omongin nih sama kamu,” ucap Bintang memotong pembicaraan Resty yang sedang membahas tokoh antagonis dalam sinetron favoritnya.

“Oh, kenapa, Bin?” tanya Resty sambil lalu. Dia membetulkan letak kepala Ima yang tertidur di pangkuannya.

Hari ini Bintang sedang main ke rumahnya sambil menemani Resty sampai orangtuanya pulang dari undangan. Resty menjadi pengasuh dadakan karena harus menjaga kedua adik kembarnya yang super duper cerewet. Untung ada Bintang yang bisa menenangkan keduanya. Tadi saat menonton film kartun dan tertawa bersama, Resty merasa dia seperti sudah berkeluarga dengan Bintang. Seperti seorang ayah dan ibu yang mengawasi anak-anaknya menonton TV. Benar-benar membahagiakan.

“Katanya mau ngomong?” tanya Resty lagi setelah Bintang tak kunjung bicara. Dia menoleh dan melihat keseriusan yang aneh pada wajah kekasihnya. “Ada apa sih, Sayang?” tanyanya lagi.

“Hm ...” Bintang menatap dalam lalu mengenggam tangan Resty. “Tapi kamu jangan kaget ya ...”

“Aahhh ... ada apa sih?”

Kalimat Bintang yang terakhir membuatnya semakin penasaran.

“Kamu tahu kan kalau aku sayang sama kamu?”

Resty tersenyum simpul. “Trus?”

“Ya kalau aku jauh bukannya aku nggak sayang sama kamu.”

“Maksudnya?”

“Ayahku dipindahtugaskan ke Bandung bulan depan, Res.”

“HAH?!” Resty sangat terkejut. Seketika rasa panik menyergapnya. Bandung? Pikiran refleksnya membayangkan hubungan jarak jauh yang akan dihadapinya.

“Kok ... kok mendadak gini sih? Trus kamu ikut pindah ke sana?” Resty semakin panik. Ima saja hampir terbangun karena gerakan Resty yang tiba-tiba.

Lihat selengkapnya