DIALOGUE

Icha Trezna
Chapter #5

FIVE

Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur seminggu karena diadakannya UAN. Saat istirahat, Sarah membawa kabar yang sangat mengejutkan. Di kelas XI SOS 2, kelasnya, ada anak baru. Jarang-jarang ada anak baru di awal semester dua, padahal biasanya hanya di tahun ajaran baru saja. Gosip yang beredar si anak baru itu di-drop out oleh sekolahnya yang lama namun tidak ada yang tahu apa alasannya. Aahh... tapi gosip itu tidak penting bagi cewek-cewek yang lain karena yang heboh, katanya (kata Sarah juga), yang bernama Angga itu keren sekali! Berita itu menyebar di kantin bak pameran infotainmen.


“Eh, udah lihat anak baru itu belum? Gila, cool tahu!” komentar salah satu anak SOS 4. Atau... “Eh, emang ada anak baru yang kelas XI ya? Katanya cakep,” tanya Siska, si primadona dari XII IPA 1.


Jelas saja, Resty dkk ikut penasaran dengan si Angga itu. Mereka semangat mengajak Sarah ke kelasnya untuk melihat tampang yang membuat heboh satu sekolah. Hanya Oga saja yang tidak terlalu antusias.


“Yaelah, loe ini kayak ada Aliando kesini aja deh! Cuma anak baru doang juga. Biasa aja kenapa sih?!” komentarnya. Tapi setelah dipaksa-paksa akhinya Oga pun mau ikut.


Sesampainya di depan kelas XI SOS 2, mereka tidak langsung masuk tapi malah mengintip dari balik pintu, persis seperti yang sedang mengintip orang mandi.


“Mana sih, Sar, anak barunya?” kata Mila tidak sabaran.


“Mana ya?” Sarah menyipitkan matanya sambil melirik-lirik ke dalam kelasnya sendiri. “Nggak keliatan, nih!”


“Mang loe nggak pakai soft lense, Sar?” tanya Resty jadi ikut tak sabar.


“Tadi gue telat tahu, jadinya lupa. Makanya pas doi tadi datang gue nggak sadar kalau cakep. Orang kepalanya botak, gue kan paling ilfeel[1] sama cowok botak. Tapi pas gue tegasin cakep juga. Hm... mana sih?! Tadi kan di kantin nggak ada. Cari yang botak dong!” cerocos Sarah.


“Ada juga si Ucup, tuh. Huh! Kalau bukan kata anak-anak cakep, gue males banget begini cuma buat lihat si Angga itu. Pakai ada yang bilang mirip Adam Levine segalalah! Pada lebay, deh!” kata Resty akhirnya kesal.


“Ehm... ehm...! Ada apa ya cari gue?”


Tiba-tiba ada suara berdeham diikuti suara berat menyapa dari belakang Sarah dan Resty. Ups! Ternyata itu suara si anak baru yang heran melihat cewek-cewek setengah jongkok ada di depan pintu.


Resty dan Sarah untuk beberapa saat hanya diam di tempat, tidak bergerak sama sekali. Sementara Mila, Mary, dan Karin dari tadi sudah ngacir saat melihat cowok yang belum pernah dilihat sebelumnya dan deskripsinya mirip dengan yang Sarah katakan, datang ke kelas XI SOS 2. Kalau Oga dari tadi memang mengobrol dengan temannya, jadi tidak tahu menahu.


Pelan-pelan mereka berdiri tapi belum berani membalikan badan saking malunya. Aduh, mampus nih, gue! Gimana, nih?! keluh Resty dalam hati. Belum pernah dia merasa semalu ini berhadapan dengan cowok. Rasanya ingin masuk saja ke dalam tanah dan keluar lagi di tempat lain asal bukan di depan cowok ini. Begitu pula dengan Sarah, tidak berbeda jauh dengan apa yang dirasakan Resty. Yang penting jangan disini, tidak pada saat ini.


Mau dikemanain nih muka gue? Tengsin... tengsin! teriak Sarah dalam hati.


Resty dan Sarah saling pandang bingung dan berbalik perlahan.


“Eh... Angga! Halo, Ngga!” kata Sarah malu-malu sambil senyum bingung.


“Loe teman sekelas gue kan? Kenapa cariin gue?”


“Ini... ini... teman gue pengen kenalan sama loe...”


Resty yang dari tadi menunduk, langsung mengklarifikasi omongan Sarah. “Eh, enak aja!” Resty melirik sebentar ke arah Angga lalu bicara lagi pada Sarah, “Sar, emangnya tadi yang ngajakin kesini siapa? Orang...” Resty tidak meneruskan omongannya karena seperti teringat sesuatu. Dia langsung menoleh lagi pada Angga, bahkan lebih serius dari sebelumnya seperti pengamat yang sedang mengamati benda purbakala.


Begitu juga dengan Angga yang sama-sama memperhatikan Resty. Sarah saja sampai terheran melihat mereka berdua. Sampai...


“Dewa?!” pekik Resty tiba-tiba.


“Resty?!” seru Angga hampir bersamaan. Mimik kaget terpampang jelas pada wajahnya. “Ngapain loe disini?”


“Eh, ada juga gue yang nanya sama loe. Loe ngapain disini? Gue sih dari zaman Majapahit udah sekolah di sini kali!”


Mila, Mary, dan Karin menghampiri Sarah yang sudah kelewat heran. Oga juga menghampiri setelah melihat Resty dan Angga ber-high five.


“Sar, Resty kok kenal sih sama tuh anak?” kata Mila sambil berbisik.


“Iya. Katanya namanya Angga, tapi kok Resty manggilnya Dewa sih?” cerocos Mary tidak kalah penasaran.


“Yaa... kalau nggak salah sih, nama lengkapnya Dewangga...” kata Sarah masih bingung. “Res, sini...!” Sarah menarik tangan Resty. “Eh, loe kok udah kenal sama Angga, sih?”


“Oh, itu!” teriak Resty tiba-tiba yang membuat teman-temannya malu. “Gini ya, Gals, Dewa... eh, Angga ini tuh teman kecil gue waktu di Solo. Jadi, jelas aja gue kenal,” jawab Resty dengan nada bangga. “Oh ya, Wa, ini teman-teman gue. Kenalin nih ini Mary, Karin, trus Oga, sebelahnya Mila. Kalau Sarah loe udah tahu kan?”


Anak-anak lain yang tidak sengaja melihat kejadian itu bingung karena Resty bisa langsung akrab dengan anak baru yang sedang sering menjadi trending topic di sekolah.


“Eh, tahu nggak, loe tuh udah bikin anak-anak sini pada geger. Katanya cakep, yah model gini mah apanya yang cakep?” canda Resty dengan nada mengejek.


“Emang gue cakep kali!” ucap Angga sok pede. “Ooh... itu alasannya tadi loe ngintip. Yaelah, pake ngintip segala. Malu tuh sama badan loe yang gede!” tambahnya lagi sambil menjitak kepala Resty.


Resty mau membalas jitakan Angga tapi yang bersangkutan sudah keburu berkelit.


“Gila! Loe jangkung amat sekarang, Wa! Dulu kan cebol,” kata Resty sambil tertawa lebar.


“Sialan loe!”

 


Lagu Christina Perri kembali mengalun perlahan dari ponsel Resty. Dia sudah bersiap-siap menutupinya dengan bantal karena dia sedang serius menghapal Sejarah untuk ulangan besok. Tapi setelah melihat siapa yang menelpon, Resty menjadi heran.


“Duuuh... anak kecil ngapain sih telpon malam-malam? Kakak lagi belajar, nih!” canda Resty pada Mary begitu ponselnya diangkat.


“Resty... Resty! Buruan nyalain radio SkyBlue FM sekarang!” cerocos Mary tidak sabar. Dia begitu semangat seakan ada hal yang penting.


“Emang ada apa sih, Cilik? Lagi serius nih...”


“Aduuh... Resty... Buruan ntar keburu nggak ada. Cepetan, ya! Sekarang juga!!” perintah Mary tegas dan langsung menutup telpon.


Walaupun bingung, Resty menuruti perintah Mary. Dengan tergesa-gesa dia mengambil handsfree-nya dan menyalakan radio lewat ponselnya.


“Oke, SkyBluers... sekarang kita sama-sama dengarin curhatnya. Silahkan, Bintang....” ucap Sissy, penyiar Curhat Cinta di SkyBlue FM.


Bintang? Bintang mana nih? Resty bertanya-tanya dalam hati.


Melodi yang mellow teralun perlahan. Resty mendengarkan dengan baik. Memang biasanya dia suka mendengarkan acara Curhat Cinta ini. Dan biasanya esok harinya dia dan teman-temannya akan membahas tentang curhatan yang dibahas kemarin malamnya. Acara radio ini adalah acara favorit Resty dan teman-temannya kalau sedang bosan menonton TV yang tayangannya itu-itu terus.


“Resty...”

Lihat selengkapnya