Satu hari, satu minggu, satu bulan, berlalu dengan cepat. Hubungan Resty dan Angga pun semakin akrab. Kalau mereka bertemu pasti yang lebih dulu melihat, mengusili yang satunya. Seperti ada peraturan tidak tertulis diantara mereka. Entah menoyor, menggeplak, atau sekedar mencolek usil. Pokoknya sudah menjadi ciri khas mereka berdua kalau bertemu. Anak-anak yang lain sudah tidak heran lagi. Tapi keakraban Resty-Angga tidak mengganggu hubungan Resty dengan Bintang. Usil ya usil tapi kalau di saat romantis ya romantis. Karena itulah saat HUT sekolah minggu kemarin, Resty dan Bintang dinobatkan menjadi Best Couple of The Year. Keren kan? Memang pasangan yang satu itu pembawaannya selalu mesra. Tapi bukan berarti tidak pernah bertengkar. Mereka malah mudah sensitif kalau menyangkut hal-hal sepele, seperti telat datang, lupa membawa sesuatu, atau ngeyel kalau diberitahu. Malah waktu itu pernah hampir putus hanya gara-gara Bintang lebih mementingkan latihan badminton daripada jalan bareng. Untung saja bertengkarnya tidak lama. Setelah diberi penjelasan panjang lebar akhirnya Resty mengerti juga dan mereka kembali baikan.
Hari ini Resty menemani Bintang latihan. Mau tidak mau Resty harus mengerti kalau Bintang memang dibutuhkan di klubnya. Percuma saja kalau ngambek. Lebih baik mendukung sekalian. Iya kan? Resty men-support habis-habisan saat Bintang sedang sparring. Teriakannya di pinggir lapangan sudah seperti Bintang sedang mengikuti pertandingan saja, padahal baru sesi latihan biasa.
“Yaelah ... nih cewek berisik banget sih?! Gue sumpel nih!” teriak Angga sambil melempari Resty dengan shuttlecock. Yang dilempari hanya membalas, “Wee ...!!”
“Bintang, ini minumnya.” Resty memberi sebotol air mineral untuk Bintang saat sedang istirahat.
“Makasih ya, Res.”
“Gue mana, Res, kok nggak diambilin juga sih?” tanya Angga yang duduk di sebelah Bintang.
“Yee ... ambil aja sendiri! Kalau nggak sana telpon tunangan loe suruh bawa air dari Singapore. HAAHAAA! Kasian deh loe!” kata Resty sok menang.
“Loe belum tahu ya, Res? Sekarang gue udah punya kecengan, tau! Nggak jauh-jauh lagi,” kata Angga berteka-teki.
Resty melotot heran. “Hah, siapa?”
“Nih sebelah loe ...” Angga tersenyum nakal.
“Seb ...” Resty menoleh kanan-kirinya. Tapi cuma Bintang yang ada di sampingnya.
“Iya kan, Bin?” kata Angga sambil meletakkan tangannya di pundak Bintang.
Bintang hanya senyum-senyum saja.
“Hah ...” Resty memasang tampang sok jijik. “Bintaaang ...”
“Iya nih, Res. Aku sebenarnya sama Angga udah ...” Bintang melihat Angga dengan tatapan mesra campur geli.
“Iiiih ... Bintang. Kamu udah ketularan gilanya!”
Resty ngeloyor pergi, pura-pura marah. Sementara Bintang dan Angga justru tertawa terbahak. Tidak berapa lama kemudian Resty datang lagi dengan membawa sebotol air.
“Nih airnya. Awas ya jangan gangguin cowok gue lagi! Pake ngajarin yang nggak benar. Huh!!” ucap Resty galak.
Angga hanya tertawa dan terus tertawa. Ternyata candaan minta diambilkan air benar-benar dilakukan juga oleh Resty. Dan menurut Angga hal itu lucu karena dia terus saja terkekeh.
Resty kembali duduk di sebelah Bintang dan memasang muka manis. Jauh berbeda dengan sikapnya pada Angga.
“Bin, kita diundang ke ulang tahunnya Sarah. Dia mau ngadain pesta ultah di villa keluarganya di Puncak. Kamu bisa ikut nggak? Hari Sabtu kan tanggal merah tuh. Kebetulan deh!”
“Oh ya! Gue juga diajak tuh sama dia. Berarti nginep dong!” Bukan Bintang yang menjawab tapi justru Angga.
“Iiiih ... nyamber aja deh kayak gledek! Gue kan lagi ngomong sama Bintang. Weee ...!!” kata Resty jutek lagi pada Angga.
Mereka berdua kembali berdebat seru. Keduanya sama-sama tidak mau kalah. Dari hal yang kecil sampai besar dijadikan bahan ledekan. Melebar kemana-mana padahal awalnya hanya membahas tentang rencana ulang tahun Sarah. Bintang yang posisinya berada di tengah mereka berdua malah terkekeh melihat ulah dua sahabat itu.
“Bintang! Kamu belain aku dong jangan ketawa terus ...” rengek Resty.
“Yah curang cari temen. Bilang aja loe kalah. Cape kan loe berdebat sama gue? Angga gitu lho!”
“Yee ... enak aja! Bodo, ah! EGP[1]. Ehm ... Bin, gimana kamu bisa ikut nggak?”
“Emang siapa aja yang diundang?”
“Yaa ... cuma saudara sama teman-teman dekat doang sih. Kalau orangtuanya udah ada disana dari tadi pagi. Cuma Sarah sama kita-kita yang nyusul kesana. Kita ikut yuk, Bin ...”
“Boleh deh! Perlu refreshing juga nih sebelum tanding.” Akhirnya Bintang setuju.
Resty senang mendengar jawaban Bintang karena dia mau meluangkan waktu untuknya. Dia langsung memeluk tangan kekasihnya itu. “Makasih ya, Sayang...”
Ξ
Satu pagi, rombongan Sarah dkk meluncur ke arah Puncak. Keluarga Sarah sudah berkumpul di sana sejak 2 hari yang lalu. Hari ini Sarah dan kawan-kawannya akan menyusul.
Mereka berangkat dengan 3 mobil karena banyak yang membawa pasangannya masing-masing. Memang tidak semua yang membawa pasangan. Hanya Resty dan Mila saja. Oga membawa adiknya karena kebetulan Reno, adik Oga, teman satu sekolah Amel, adik Sarah. Teman-teman dekat Sarah di luar genk juga ada yang diajak. Kebanyakan dari mereka cowok karena memang Sarah lebih banyak mempunyai teman cowok dibandingkan cewek.
Setelah perjalanan yang memakan waktu cukup lama, akhirnya jam 11 siang mereka sampai di villa pribadi milik orang tua Sarah. Suasananya menyenangkan. Walaupun hari mulai beranjak siang tapi udaranya sejuk. Dan 17 orang yang keluar dari mobil, bisa melepaskan penatnya.
Villa ini masih berbentuk model lama. Temboknya terbentuk dari tataan batu kali dan memanjang sampai belakang. Rumah ini pun memiliki teras yang lebar. Di belakangnya ada kolam renang yang baru dibuat tahun lalu. Tidak jauh dari villa terbentang kebun teh yang luas di bawah sana. Rencananya besok pagi, mereka semua akan tea walk ke sana.
“Attention bentar dong!” teriak Sarah pada teman-temannya yang sibuk mengamati kebun teh. “Kalian istirahat aja dulu ya. Santai-santai di kamar masing-masing. Ntar gue kasih tahu kamarnya yang mana aja. Ntar malam bis Isya kita baru barbeque-an. Oke?”
“BAIK, BUUU ....!!” ucap anak-anak serempak mirip murid pada guru pembimbingnya.
Ξ