“Eh, Gals, tahu nggak? Masa tadi malam gue mimpiin Angga! HAHAA...!!” celetuk Resty saat istirahat dengan genknya.
“Ciee... awas lho ntar suka lagi. Ingat Bintang. Dia kan Mr. Perfect,” Karin mengomentari.
“Ya ampun. Nggak mungkinlah, Rin. Beda banget Angga sama Bintang. Weess... seratus delapan puluh derajat!”
“Res, loe tuh harusnya ngerasa beruntung dapetin Bintang. Dia tuh kan baik banget,” Sarah ikut juga komentar.
“Ya iya atuh, itu sih udah pasti. Kan bukan gue yang request mau mimpiin dia. Lagian tahu nggak gue mimpiin apa? Gue mimpi dia kecebur got, eh ternyata ada buayanya di dalam got itu. Kita bukannya pada nolongin malah pesta di rumah Mary. HAHAAA!!!”
“Loe lagi mimpinya aneh-aneh aja, Res. Masa di got ada buayanya,” kata Oga geli. “Ada juga ya loe tuh harus mimpiin yang baik-baik tentang dia,” tambahnya, “Dia kan udah nolongin loe waktu di Puncak kemarin. Kalau nggak ada dia, gimana loe hayoo…”
“Yee... emangnya gue yang nyutradarain tuh mimpi. Gue kan tinggal jadi artisnya doang. Iya kan?”
“Dia pahlawan loe ya, Res…” goda Mila.
“Yoyoy!” jawab Resty yakin.
Tadinya dia ingin menceritakan tentang perasaannya saat bersama Angga waktu itu, tapi dia jadi malas. Obrolan pertamanya saja sudah membuat dia agak dipojokkan. Bagaimana kalau dia cerita ada something yang susah dijelaskan antara dia dan Angga. Waaah… bisa diceramahi panjang lebar. Biarlah dia simpan sendiri toh menurutnya tidak begitu penting.
“Pas banget ya, Res, Angga yang nemuin kamu? Coba kalau orang lain. Bisa diapa-apain deh kamu! Tapi kenapa bukan Bintang ya yang pertama nemuin kamu? Tahu nggak sih kayak ada telepati yang bikin Angga tahu tempat kamu jatuh, kan kebun teh itu luas banget…”
“Ah, Mary, anak kecil tahu apa sih?!” goda Resty.
“Say, kamu tuh kebanyakan nonton film Korea tahu nggak?” kata Sarah sambil melingkarkan tangannya ke pundak Mary.
“Yee... pada suka ngeremehin aku sih kalian semua,” ucap Mary sambil manyun. Yang lain hanya tersenyum menanggapinya.
Resty boleh saja tidak menganggap dengan mimpi pertamanya itu. Tapi dia mulai merasa aneh setelah dia memimipikan Angga 3 hari berturut-turut. Untuk yang satu ini dia tidak cerita lagi pada teman-temannya, takut dikira macam-macam. Resty juga tidak mau memikirkan yang aneh-aneh. Walaupun sekarang dia suka merasa ‘sesuatu’ kalau bertemu Angga, rasanya ada yang berbeda. Merasa aneh saja bertemu orang yang sering dimimpikan. Pacar bukan, walaupun memang sobatan. Dan hal itu membuat Resty lebih memperhatikan Angga dari sebelumnya. Gokilnya dikurangi. Anehnya, Angga pun melakukan hal yang hampir sama. Memang masih tetap jahil tapi kalau diperhatikan dengan seksama, ada yang berbeda dari sikapnya itu. Dan hal itu berlangsung setiap hari secara terus menerus. Apalagi efeknya bagi Resty terasa sekali, walaupun tadinya dia tidak menyadarinya.
“Gals, gue heran deh sama Mega. Pada tahu kan Mega anak bahasa?” tanya Resty. Hari itu mereka berenam sedang makan di mall setelah menonton bioskop.
“Oh, yang rambutnya keriting itu ya? Iya... iya, aku tahu. Emangnya kenapa, Res?” tanya Mary yang memang anak Bahasa.
“Masa dia ngedeketin Angga sih?! Sampai ke rumahnya segala lagi. Berani banget kan?”