Malamnya Resty menangis sejadi-jadinya dan mengurung diri di kamar. Perasaannya begitu terpuruk. Dia merasa semua masalah tertuju padanya. Masalah tentang hubungannya dengan Bintang, bertengkar dengan Angga, dan sekarang teman-temannya pun marah padanya. Resty tahu itu semua adalah salahnya. Dia yang menghindari mereka semua tanpa alasan yang jelas. Pantas kalau mereka menanyakannya karena itu adalah salah satu bentuk rasa peduli mereka terhadapnya. Hanya saja Resty ingin teman-temannya mengerti kalau dia ingin sendiri dan tidak mau diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan memojokkan seperti tadi siang.
Resty merasa kacau dan kalut sendirian seperti ini. Tidak tahu mesti cerita pada siapa. Semua orang terdekatnya justru sedang marah padanya. Padahal dia paling tidak bisa memendam masalah sendiri. Dia butuh seseorang untuk menumpahkan keluh kesahnya. Dari dulu dia terbiasa dengan orang-orang terdekatnya yang selalu ada untuknya. Dalam hati Resty merutuki dirinya sendiri, kemarin-kemarin dia mati-matian menghindar dari teman-temannya karena tidak mau cerita, eh sekarang justru dia butuh tempat untuk cerita. Dasar bodoh! Resty menyadari keegoisannya sendiri dan sekarang dia sedang merasakan akibat keegoisannya itu.
Resty menghabiskan waktu dengan melamun di teras kamarnya sambil menatap bintang-bintang di langit yang bersih. Hal itu sedikit menenangkan hatinya. Memang itu yang dilakukannya saat dia sedang ada masalah. Merenung dan merenung. Andai saja perasaannya pada kekasihnya bisa bersinar seperti bintang di atas sana, mungkin keadaannya tidak akan seburuk ini. Sekarang semua terasa kacau dan berantakan. Dan Resty tidak tahu harus mulai dari mana untuk membereskannya. Sesaat Resty baru menyadari kalau hari ini Bintang belum menghubunginya sekali pun. Padahal sesibuk apapun, Bintang selalu menyempatkan diri untuk menghubunginya walaupun hanya sekedar pesan singkat. Tapi hari ini tidak sama sekali. Suatu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hatinya tergerak untuk menghubungi Bintang lebih dahulu. Tapi baru sebentar HP-nya diangkat, kembali ditaruhnya lagi. Mungkin emang lebih baik gue nggak ngomong dulu sama Bintang daripada dia tahu gue lagi BT, ntar dia nanya macam-macam lagi… begitu pikirnya.
Akhirnya untuk membuang kejenuhannya, dia memutuskan untuk online di internet. Sebentar dia mengecek Facebook-nya. Tidak ada yang spesial selain komentar teman-temannya yang lalu-lalu yang belum sempat diperhatikannya. Setelah mengubah update statusnya menjadi “Hari terburuk dlm sejarah hidup”, dia log out lalu masuk ke zona chatting. Sejam pertama Resty belum mendapat teman yang bisa diajak mengobrol, semuanya hanya selewat. Sekedar tukar alamat email lalu off begitu saja.
Lumayanlah buat nambah-nambah teman, begitu katanya dalam hati. Dengan online tidak membuat perasaannya jauh berubah lebih baik tapi setidaknya pikirannya bisa disibukkan dengan kegiatan-kegiatan dunia maya yang bisa mengalihkan perhatiannya sejenak, walaupun dia melakukannya tanpa semangat.
Setelah 40 menit menjelajahi zona chatting yang standar-standar saja, akhirnya Resty menemukan teman mengobrol yang seru. Tadinya dia iseng mengklik sebuah nama. Nama-nama yang diklik tentu saja yang tidak aneh. Banyak nick name-nick name bertebaran yang dengan membacanya saja sudah membuatnya ilfeel. Beberapa diantara mereka Resty ajak mengobrol, sampai akhirnya dia merasa ada satu nama yang menarik perhatiannya dan ternyata orangnya asyik. Benar saja. Pertama obrolan hanya standar seputar identitas masing-masing. Setelah itu baru berlanjut…
[Black_Id] : Kayanya lg bete nih…
[LovelyBlue] : Tau aj.
[Black_Id] : Ya taulah. Gue kan paranormal.
^-^ Keliatan lg dr tulisannya.
[LovelyBlue] : Mang bisa kliatan ya lewat tulisan? Hm… gmn ya cara ngilanginnya?
Mumet banget ni…
[Black_Id] : Kalo punya masalah tuh diselesaian. Bukan dipikirin.
[LovelyBlue] : Gmn coba caranya diselesain tanpa dipikirin?
Ngomong mah emang gampang y?