DIALOGUE

Icha Trezna
Chapter #12

TWELVE

Ternyata persahabatan itu memang indah tapi harus dijaga dengan baik. Kejadian kemarin telah membuat Resty sadar betapa berartinya persahabatan itu. Dan dia tidak mau kehilangan mereka lagi. Walaupun sadar atau tidak, kejadian kemarin telah membawa hikmah tersendiri. Kalau tidak terjadi, Resty tidak akan pernah merasa sendirian. Tidak akan merasa kalau ternyata dia membutuhkan teman-temannya. Dan cukup sekali saja. Dia tidak mau merasakan untuk yang kedua kalinya. Dalam hati dia berharap persahabatan mereka ini akan seperti salah lagu lagu Kerispatih, “Tak Lekang oleh Waktu”. Awet hingga kakek nenek.


Dan untuk merayakan berkumpulnya kembali genk mereka, hari Sabtu ini, Resty, Oga, Mary, Sarah dan Mila sudah merencanakan weekend-an di rumah Karin. Kebetulan orang tuanya sedang keluar kota untuk urusan kerja. Jadi hitung-hitung menemani Karin yang memang anak tunggal, biar tidak sepi.


Jam tiga sore semua sudah berkumpul di rumah Karin. Yang punya rumah langsung mengajak teman-temannya ke tempat biasa mereka kumpul, kamarnya. Sehari sebelumnya mereka sudah membahas akan melakukan apa saja di rumah Karin semalaman itu. Dimulai dari belajar masak bareng, membantu Karin beres-beres kamarnya, sampai menonton film terbaru. Oga sudah menyiapkan DVD-DVD teranyar yang teman-temannya pesan. Semua sudah lengkap!


Tapi ternyata rencana weekend-an mereka berubah kacau. Hal itu dimulai dari sifat geratak teman-temannya di kamar Karin yang baru direnovasi untuk diperluas itu. Kamarnya memang bertambah lega dan dekorasinya juga berubah. Maka dari itu teman-temannya yang lain melihat perubahan letak barang-barang Karin. Lagipula mereka memang mau membantu Karin membenahi kamarnya jadi ceritanya semua mau survei lebih dulu.


Mary melihat lemari yang seluruh isinya piala dan piagam. Karin orangnya memang multi bakat. Prestasinya bejibun! Piala-piala itu tadinya ada di ruang depan. Berhubung sekarang kamarnya sudah luas, jadinya dipindahkan ke dalam. Semuanya masih dalam keadaan acak-acakan. Mary sudah gatal untuk membereskannya.


 Sementara Resty sedang asyik duduk di meja belajar Karin sambil melihat tumpukan buku yang belum dirapihkan di bawahnya. Resty tertarik dengan buku mungil berwarna putih, sesuai warna favorit Karin. Ternyata buku itu adalah sebuah diary. Di depannya tertulis tahun 2007.  Ah, 5 tahun yang lalu… Resty meneruskan membacanya karena dia pikir diary itu sudah cukup lama. Jadi tidak akan berpengaruh sekarang. Tapi perkiraannya salah. Awalnya Resty memang senyum-senyum sendiri saat membacanya. Memang lucu karena diary SMP biasanya ceritanya masih polos. Karena senyum-senyum sendiri itu Mary jadi ikut nimbrung. Lalu Mary mengajak Oga sekalian. Jadi bertigalah mereka membaca diary Karin saat SMP sambil sesekali tertawa kecil.


Tapi semuanya kaget saat Karin menceritakan tentang orang yang disukainya saat itu. Mary saja sampai menutup mulutnya. Karena orang itu mereka kenal sekali, apalagi Resty. Di diary itu Karin menulis dengan gamblang tentang perasaannya.


Tapi kelanjutannya bagaimana tidak jelas karena tiba-tiba Karin langsung merebut paksa diarynya dari tangan Resty. Jelas saja mereka bertiga kaget karena tidak sadar saat Karin datang membawa minuman. Karin juga kaget saat melihat apa yang sedang dilakukan ketiga temannya. Tanpa pikir panjang Karin langsung merebut diarynya.


Sementara Sarah yang tadi sedang menelpon cowok barunya dan Mila yang sibuk main PS terheran melihat sobat-sobatnya yang tiba-tiba serius.


“Ngapain sih loe baca diary gue?! Ini kan privasi gue!” bentak Karin tiba-tiba.


Teman-temannya yang lain kaget karena baru kali ini melihat Karin emosi. Sarah sampai refleks memutus sambungan telponnya karena kaget mendengar suara tinggi Karin.


Sorry, Kar, tadinya gue nggak tahu kalau ini tuh diary,” bela Resty.

Lihat selengkapnya