Hari ini adalah hari Senin. Seperti hari Senin lainnya, di sekolah rutin diadakan upacara bendera. Seluruh siswa berusaha berdiri rapi di lapangan sambil disinari cahaya matahari pagi yang lembut, dan mengikuti agenda-agenda dalam upacara sampai selesai. Tapi namanya juga anak sekolah, tidak ada yang bisa tahan berdiri terus selama kurang lebih 40 menit itu. Pasti ada saja yang mengobrol, bercanda, atau bahkan main HP kalau posisinya memungkinkan.
Namun ada yang tidak biasa dari upacara hari ini. Setelah pembawa acara mengatakan kalau upacara sudah selesai, eh, dia menambahkan kalau ada pengumuman dulu jadi yang di lapangan tidak boleh kemana-mana. Teriakan ‘YYAAAA…’ dan ‘HHUUUU…’ menggema di seluruh sudut lapangan. Teriakan-teriakan itu keluar dari mulut siswa-siswa yang keberatan waktu berdirinya ditambah. Kan sudah pegal.
“Ada apaan sih?!”
“Tau! Pengumuman apa lagi coba?”
Komentar-komentar semacam itu terdengar hampir di semua sisi lapangan. Tapi begitu tiba-tiba ada beberapa kameraman datang, suasana jadi ribut bukan main dan lebih sibuk lagi dengan tebak-tebakan ada apa sebenarnya. Lalu Nayo keluar dari barisannya dan langsung menuju tengah lapangan. Majunya Nayo yang tidak ada hujan tidak ada angin itu, membuat suasana bertambah heboh. Nayo memang penyedot perhatian.
Apalagi saat pembawa acara bilang, “Untuk Resty Ary Putri kelas XI IPA 1 harap maju ke depan”, wah teman-teman kelasnya dan yang mengenal Resty semua menoleh ke arahnya.
“HAH?!” Resty kaget bukan main. Bayangkan saja tiba-tiba dipanggil di depan semua siswa kelas X, XI, dan XII, dan guru-guru, eh ada kameranya pula! Ada apa coba?!
Walaupun bingung, Resty akhirnya maju juga setelah panggilan yang ketiga dan didorong oleh teman-temannya. Saat Resty jalan, grup paduan suara yang biasa menyanyikan lagu-lagu nasional sekarang menyanyikan soundtrack sebuah reality show untuk menyatakan perasaan pada orang yang disukai… “Tell Your Heart”!!!
Resty baru menyadari kalau itu adalah soundtrack TYH setelah dia sampai di depan Nayo. Resty tidak menyangka sama sekali kalau dia akan ditembak di depan ratusan orang seperti ini. Keringat dingin langsung keluar saat kamera menyorotnya. Sekarang barisan upacara sudah tidak rapi lagi. Sebagian besar menumpuk di barisan paling depan. Para guru hanya senyum-senyum masam melihat ulah anak didiknya itu.
“Sorry, Res, gue harus ngelakuin kayak gini,” ucap Nayo memulai adegannya. Saat itu Nayo terlihat sekali gantengnya. Tidak terlihat ada kepanikan seperti yang Resty rasakan. Dia begitu tenang dan bisa mengendalikan suasana.
Tidak seperti Resty yang super bingung dengan ini semua, teman-temannya tidak sama sekali. Lanjut ke rencana berikutnya, Mary, Oga, Karin dan Mila langsung berlari menuju XI SOS 2. Di sana Sarah yang sudah menunggu setadi sedang berdiri di dekat Angga.
“Gue ngelakuin ini karena gue pengen loe tahu perasaan gue, Res,” lanjut Nayo pada Resty yang tidak bergeming. Nayo memberi isyarat lalu tiba-tiba anak-anak Paskibra yang tadi mengibarkan bendera, melakukan formasi yang sama seperti upacara tadi tapi hanya sampai di depan tiangnya saja. Lalu mereka bertiga mengibarkan kain biru muda bertuliskan bordir I ♥ U.
Resty menutup mulutnya. Luar biasa kaget! Sementara anak-anak lain berteriak tidak jelas saking ributnya. Selanjutnya Nayo memberi Resty setangkai mawar pink dan mulai membicarakan asal mula perasaannya timbul.
Saat prosesi itu berlangsung, mereka berlima memulai rencana selanjutnya.
“Wah, gila! Nggak nyangka banget! Nayo nembak pake TYH!” kata Oga dengan suara yang sengaja diperbesar. “Menurut loe Resty bakal terima nggak ya?”
“Terima aja kali. Resty kan lagi jomblo!” kata Mila tidak kalah keras.
“Perasaan Bintang gimana ya ngeliat ini?” ceplos Mary.
“Hus! Emangnya loe lupa Bintang udah jadian sama Karin? Gimana sih Mary, ah!” protes Mila gregetan. Semua menoleh pada Mary. Ini tidak ada di skenario! Entah bagaimana ceritanya, mereka sekarang jadi lupa giliran siapa yang bicara. Semua nge-blank dan justru saling melempar pandangan. Namun waktu terus berjalan dan drama harus tetap dijalankan.
“Hei! Gue sih kalau suka sama Resty, gue bakal boikot acara ini!” cetus Sarah keras-keras agar Angga yang berada di belakangnya mendengarnya. Padahal sebelum Sarah bicara harusnya ada yang mengatakan bagiannya. Tapi sudahlah lupakan saja. Langsung to the point itu lebih bagus dalam keadaan seperti ini.
Angga yang dari tadi sudah merasa gelisah melihat Resty yang malu-malu di depan, semakin tidak enak mendengar pembicaraan mereka berlima.