Diam Diam Jatuh Cinta

Mar Shahle
Chapter #1

Chapter 1

“Namanya Shanum Almaira, tapi kok sikapnya barbar begitu? Ada yang salah tu saat pembagian nama,” cakap Beryl pada Sulhan tiba-tiba.


Siapa yang tak kenal dengan Shanum, gadis paling cantik di kampus, namun memiliki sifat yang sangat menyebalkan pada kaum adam, sehingga tak ada anak kampus yang mau mendekatinya. Sudah begitu ditambah lagi galaknya bukan main, membuat para jantan playboy kampus menciut nyalinya untuk menaklukkan hati gadis yang paling cantik itu.


Gadis tengil telah dinobatkan pada Shanum sejak pertama kali dirinya menjadi mahasiswa di Universitas tersebut.


Sulhan tertawa renyah mendengar pendapat sohibnya itu, “Biarin lah, toh nama dia, kenapa kamu yang protes, awas nanti naksir!” Sindir Sulhan yang tengah menyeruput teh es di kantin sambil memainkan smartphone miliknya.


Kedua lelaki tampan nan tinggi itu sedang duduk di kantin menyaksikan Shanum yang baru saja masuk ke area kantin bersama Laudya sahabatnya.


“Gak lah, mana mungkin aku naksir sama gadis tengil begitu, masih banyak gadis cantik di kampus ini yang sikapnya jauh lebih baik dari pada Shanum. Ngeri tau, kalau punya pasangan seperti dia. Cantik sih, tapi sikapnya itu nyebelin,” ungkap Beryl pada Sulhan.


“Hem, jangan di nyinyirin nanti orangnya denger. Seram loh kalau dia ngamuk, aku aja sampai takut pakai banget,” bisik Sulhan pada Beryl. Sengaja Sulhan mengecilkan volume suaranya sebab Shanum dan Laudya melintas meja kedua lelaki tampan itu.


“Biarin dengar, kan memang dia itu telah dinobatkan penyandang apresiasi gelar si gadis tengil, kan kita ngomongnya bener!” seru Beryl pada Sulhan.


Ternyata obrolan keduanya terdengar jelas oleh telinga Shanum, seketika telinga gadis cantik itu seakan memancarkan radarnya karena ucapan kedua pria yang sedang duduk santai di kantin.


“Bruk!”


Shanum menggebrak meja yang diduduki oleh Beryl dan Sulhan. Tentu saja membuat kedua lelaki gagah itu kaget, karena mendapat kejutan tiba-tiba.


“Kalau ngomongin orang itu, langsung saja orangnya. Jangan bisik-bisik, nggak gentle!” sergah Shanum pada kedua lelaki tampan yang menatap ke arahnya.


“Idih! Kegeeran, siapa juga yang ngomongin kamu. Punya telinga itu di bersihin neng! Noh katembat banyak jual di toko-toko,” kilah Beryl menyangkal kalau yang didengar Shanum salah. Bahkan Sulhan sampai keheranan melihat Beryl yang seperti itu, tidak seperti biasanya.


“Heh! Kamu pikir aku nggak denger apa! Kupingku masih berfungsi 100% bahkan dalam kejauhan 100 meter pun aku masih bisa mendengar suara kalian! Jangan berkilah, cepat minta maaf sebelum aku menandai wajah tampan kalian dengan spidol permanen ku ini!” ancam Shanum.


“Kok aku dibawa-bawa juga, Num?” sela Sulhan.


“Ya karena kamu juga ikut ngomongin aku!” timpal Shanum pada Sulhan dengan mata melotot, sehingga membuat lelaki bertubuh kekar itu menciut nyalinya.


Begitulah kebiasaan Shanum jika berhadapan dengan kaum adam, sikap bar-barnya yang menyebalkan seketika muncul mengiringi perilakunya. Dan itu hanya berlaku pada kaum adam saja. Entahlah, kenapa bisa begitu.


“Duh! Kan apa kata ku, bakalan runyam ini!” ucap Sulhan bermonolog didalam hatinya.


“Cepat! Kalian berdua minta maaf!” titah Shanum pada Beryl dengan menunjuk-nunjuk.


“Ogah! Aku nggak mau!” jawab Beryl cepat.


“Apa kata mu!”


“Suka-suka aku dong mau berkata apa!”


“Awas kamu ya!”


Keduanya pun mulai adu jotos, Shanum yang tak mau kalah dalam segala hal dengan para lelaki, apalagi saat ini memang dalam situasi benar.


Sementara Beryl, berkilah tak mengatakan hal yang didengar Shanum, membuat keduanya ribut dan menjadi pusat perhatian di area kantin.


“Shanum, udah yuk kita balik ke kelas aja, nggak enak ribut di sini,” ajak Laudya yang berusaha menghentikan perdebatan Shanum dan Beryl.


“Iya, Beryl. Minta maaf gih, biar urusan selesai, anak-anak pada lihatin kamu tuh!?” pinta Sulhan pun pada Berly.


Keduanya serempak dan kompak menjawab ‘enggak’ membuat Sulhan dan Laudya nyengir geli melihat kekompakan keduanya.


“Sudah yuk Num, udahan berantemnya, mungkin kamu salah denger kali?” bisik Laudya menarik tangan Shanum agar tak melanjutkan keributan di kantin.


“Nggak Laudy, aku tuh nggak pernah salah dengar. Mereka si tukang nyinyir ini harus diberi pelajaran biar kapok nyinyirin orang!” balas Shanum.


Tiba-tiba Beryl mengakui kesalahannya pada Shanum, “Iya! Aku emang ngatain kamu gadis tengil, emang bener kan? Kamu itu cewek paling nyebelin! Apa!? Nggak terima!” cerca Beryl akhirnya, mengakui perkataannya pada Shanum.


“Tuh kan Laudya, ngaku kan dia. Eh cowok yang sok kegantengan, yang mulutnya lemes kayak jelly yang kenyal-kenyal. Lain kali, kalau mau protes itu tanya langsung. Jangan nyinyir, nggak baik buat pendengaran! Suka-suka dong mau nama aku Shanum, Shanim, itu urusan orang tua ku. Kamu nggak berhak ikut campur apalagi protes! Karena bukan urusanmu. Urus saja dirimu sendiri! Paham!” Shanum pun dengan kecepatan kilat mencentang dahi Beryl dengan spidol sebagai tanda kesalnya.


“Eh! Ini jidat ku, tanggung jawab ya kamu, cepat hapus!” pekik Beryl, namun tak di gubris oleh Shanum.


“Yuk Laudya kita pergi dari sini, selera makan ku sudah hilang memandangi wajah cowok yang punya mulut lemes kayak dia!” ajak Shanum pada Laudya.


Mendengar ajakan Shanum, Laudya langsung menarik tangan Shanum agar segera meninggalkan area kantin, sebab sejak tadi keduanya telah menjadi pusat perhatian di kantin, membuat Laudya merasa tidak enak pada yang lainnya, karena temannya itu telah membuat keributan di kantin.


Keduanya pun berlalu, meninggalkan kerumunan. Sementara Beryl dan Sulhan kembali duduk di kursinya. Beryl sibuk menggosok bekas tinta di jidatnya.


“Sudah hilang belum berkasnya?” tanya Beryl pada Sulhan, namun tangannya masih menggosok-gosok jidatnya.


“Sudah, tinggal bekas-bekasnya aja. Kamu sih, sudah kubilang jangan disenggol itu cewek tengil, nyebelin. Ngeyel sih!” jelas Sulhan pada Beryl.


“Kan emang bener, apa yang aku bilang Shul. Dianya aja tuh sentimen, begitu saja marah, kalau benar ya seharusnya nggak perlu marah-marah. PMS kali ya!?” tanya Beryl pada Sulhan.


“Ha!? PMS, apa itu!?” tanya Sulhan pada Berly, lelaki polos itu keduanya sama-sama tak tahu.


“PMS, masalah perempuan. Aku nggak tau pasti itu apa, soalnya biasa aku dengar anak-anak cewek kalau suka marah-marah nggak jelas katanya PMS,” jelas Beryl pada Sulhan.


“Em! Gitu ya, tunggu aku browsing dulu lah tanya mbah Gugel,” jelas Sulhan sambil mengetikan ‘arti PMS’ setelah mengetik kata itu di pencarian, artikel seputar PMS pun muncul, di layar ponsel Sulhan.

Lihat selengkapnya